Cerita Dewasa - Birahiku Tergugah Saat Melihatnya
Back to Seks - Cerita ini di mulai sejak aku bertemu seseorang yang di perkenalkan dengan ku, saat dimana sedang acara pernikahan temenku. Saat aku di perkenalkan seorang pria dari temenku, pria itu ternyata sudah berkeluarga.
Tapi tak jadi masalah buatku karena temanku yang memperkenalkan aku, hitung –hitung aku tambah relasi dan teman di pikiranku.
Saat berkenalan dengan pria itu , hatiku juga senang dan berbunga-bunga. Karena dengan ketampanan pria itu dan dengan postur yang gagah membuatku terpesona begitu saja.
Setelah kita berkenalan , aku panggil saja dengan sebutan Mas, karena dengan sebutan seperti ini kita bia menjadi akrab lagi dan nyaman.
Saat aku di perkenalkan dengan dia, temenku yang memperkenalkan juga begitu bahagia melihatku , meskipun dengan status Pria yang di kanalkan kepadaku.
Dan saat itu kami langsung dekat dalam pembicaraan dan ngobrol-ngobrol begitu aja. Saat berbincang dengannya , tenyata Pria ini sebut saja Namanya Mas Roy sangat humoris dan asyik.
Dengan usia Mas Roy yang lebih sedikit tua dari aku, aku bgitu menyukainya. Karena selera ku kebetulan dengan usia yang lebih tua dan matang dari ku.
Dengan berbincang dengan nya, dengan segala kelucuannya semakin lama pembicaraannya mengarah ke yang aneh-aneh. Namun , aku sih tetep OK OK saja dan tak masalah buatku. Saat pada acara makan ,
Mas Roy menemaniku dan menikmati hidangan yang tersedia. Pada saat acara dansa di mulai , mas Roy tiba-tiba saja mengajakku turun ke panggung untuk menajak berdansa denganku.
Dengan di iringi lagu yang mellow dan slow, aku begitu larut ke dalam dekapannya dan menjadikan ini ke dalam situasi yang romantic dan hangat.
Mas Roy, berbisik kepadaku
“Vit, kamu sangat cantik sekali , kamu adalah wanita yang sempurna dari semua tamu wanita yang datang di acara pernikahan ini”.
Tiba –tiba Mas Roy bilang ke aku bahwa dia suka sama aku.
“Mas Roy kan sudah berkeluarga, masak masih suka sama Vit sih Mas. . ?” ucapku.
“ Karena kamu masih muda di banding aku, kecantikan mu masih sangat alami dan tidak permakan dari tamu-tamu wanita yang dateng”. Ucapnya.
Memang betul sih Mas Roy, fashionku sangat masih biasa-biasa saja. Tanpa adanya polesan make up yang menutupi kulit wajahku. Wanita mana sih yang gak suka di puji pria yang kebetulan kagum kepadanya.
Saat acara telah usai dan pada waktu mau pulang , mas Roy berniat mengantarkanku pulang. Setelah sampai di rumah, dan sebelum aku keluar dari pintu mobilnya . Tiba –tiba keningku di kecup sama Mas Roy dan berkata
“ Kapan –kapan kita ketemuan lagi ya Vita.. . ?”Ucapnya.
Dan saat itu , kita saling bertukar nomor HP. Sejak pertemuan pertama itu, kami sering jumpa di mall, di bioskop atau ditempat aerobik. Karena dia tau aku suka aerobik, makanya diapun mendaftar menjadi member ditempat aku biasa aerobik.
Karena sering bertemu, hubungan kami makin lama makin deket. MAs Roy merupakan lelaki pertama yang mencium bibirku. Itu kejadiannya ketika kami sedang dibioskop, karena bukan weekend jad jumlah penontonnya sedikit.
Sehingga dia milih tempat duduk yang jauh dari penonton lain.
Mas Roy berbisik: “Vit, aku sayang kamu”.
“Aku juga sayang sama Mas Roy, Sayangnya mas Roy sudah keluarga “. ucapku.
“Kita jalani aja dulu Vit, gak papa kan kalo jarak jauh kaya gini. Pokoknya Mas Roy selalu berusaha untuk bertemu Vita sesering mungkin, sayang”.
Dia meluncurkan rayuan mutnya, dan sehingga aku makin terhanyut.
“Vit..”, panggilnya lagi,
kemudian aku menoleh ke arahnya dengan duduk kami berdempetan dan dia langsung merangkul pundakku.
Kemudian mendekatkan bibirnya ke bibirku , lalu aku memejamkan mataku dan terasa lembut sekali bibirnya menyentuh bibirku. Kemudian terasa bibirnya mulai mencumbu bibirku dan aku diam ketika Mas Roy cukup lama mengecup di bibirku.
“Mas Roy”, desahku ketika dia melepas bibirnya.
Seakan aku gak rela dia melepaskan bibirku, diapun menikmati bibirku lagi. Kali ini lebih lama lagi, demikianlah sepanjang film itu dan kami tidak menikmati filmnya tetapi aku menikmati bagaimana bibirnya Mas Roy mengulum-ngulu bibirku.
“Mas Roy, aku sayang sekali sama mas Roy, Vita mau jadi pacar mas Roy”.ucapku.
Sejak kejadian di bioskop itu, kami menjadi rutin berciuman kalo bertemu. Paling tidak kami melakukannya sebentar di mobil sebelum mobil jalan atau sebelum aku turun didepan rumahku.
Temenku mengingatkan aku agar jangan terlalu larut dalam berhubungan dengan Mas Roy, karena dia dah berkeluarga.
“Nanti kamu yang nyesel, kalo dia harus mutusin hubungan kamu dengan dia”.
Tapi aku tidak mengindahkan saran temanku dan aku seakan tuli, tertutup cinta yang makin lama makin membara ini. Sampai suatu liburan, MAs Roy mengajakku ke suatu vila diluar kota, katanya dia sih mau ngecek tempat itu karena akan diadakan acara disana.
“Temenin aku yuk, mumpung bisa keluar kota ma kamu Vit”.ucapnya.
”Mau ya Vita Sayaaaang. . . . . .”
Karena aku dah lama pengen berdua sama Mas Roy seharian, aku turuti saja ajakannya. Aku pamit sama orang tuaku, untuk pergi sama temen2ku ke acara pernikahan temen yang berada di luar kota.
Aku seneng sekali ketika sudah duduk di samping Mas Roy di dalam mobilnya. Mobilnya meluncur arah luar kota dan saat itu aku mengenakan celana ketat dari kain yang cukup tipis berwarna biru sehingga bentuk bokongku yang bulat padat begitu terlihat dan bahkan saking ketatnya CDku sampai kelihatan sekali berbentuk segitiga.
Atasan aku mengenakan baju kaos putih ketat dan polos sehingga bentuk toketku yang membulat terlihat jelas. Dengan kaos yang cukup tipis membuat BH ku yang berwarna merah terlihat jelas sekali.
“Vit, kamu seksi sekali deh pake pakean kaya gitu”.
“Mas suka kan”.
“Suka banget, apalagi kalo kamu gak pake baju Vit”.
“Uuuuh Mas Roy, mulai deh genit, aku turun disini aja deh”.
Aku pura2 merajuk, padahal dalam hati seneng sekali mendengar pujiannya. “Ya udah turun aja he he”,
tertawanya memancing ketika dia mengatakan hal itu, Tetapi mobil tetap melaju kencang.
“Katanya disuruh turun, kok gak minggir”.
“Loncat aja kalo berani”.
“Mas Rooy, iih”, kataku.
Sambil mencubit pinggangnya dengan mesra, dia menggeliat kegelian.
“Jangan dikitikin vita sayyaang.. .., lagi di jalan lho. . ., nanti nabrak gimana??”.
“Habisnya Mas Roy sih. . . , mulai duluan. . “!!
Sepanjang perjalan kami bercanda, sesekali tangannya gantian menggelitiki pinggangku. sehingga aku menggeliat dan kadang tangannya mendarat di pahaku dan mengelus2nya sampe kedeket pangkal pahaku.
Aku menjadi gemetar karena rabaannya. Maklum, Mas Roy pria pertama yang melakukan hal ini.
“Maas Roy”. . . .
Aku hanya melenguh ketika pahaku dielus2 begitu. Karena aku tidak menolak, maka dia meneruskan elusannya dipahaku. Aku menjadi gelisah dan dudukku gak nyaman, ada rasa geli bercampur nikmat dan aku merasa pengen kencing.
“Mas masih jauh ya. . .”.ucapku.
“kenapa Vita sayaaang. . . “. “Vita pengen pipis”.
“Bentar lagi juga sampe kok, Itu bukan pengen pipis biasa Vit”.
“Habis apaan?”
“Pasti kamu terangsang ya karena Mas ngelus2 paha kamu”.
“Ih. . . ..”, kucubit lagi pinggangnya.
Mobilnya sudah masuk ke satu villa. Ada seorang akang-akang yang menyambut di gerbang villa.
Akang adalah orang yang ditugaskan pemilik villa untuk menunggui vlila itu. Aku keluar dari mobil, ikut dengan Maas Roy melihat lokasi.
Villanya tidak terlalu besar tetapi halamannya luas. Dia mulai mengeluarkan catatannya, mengukur sana mengukur sini, mencoret2 di buku catatannya. Kadang dia menanyakan pendapatku tentang satu hal. Aku menjawab sebisaku saja.
Setelah selesai, dia berkata kepada si akang,
“Kang, kami mau menginap di villa ini”.
“Iya, yang punya dah kasih tau bapak, ya silahkan saja Pak. Akang sudah sediakan makanan secukupnya di lemari es, dan kalau mau makan ya silahkan dihangatkan dulu. Soalnya akang mau pulang”. Ucap akang si penjaga villa tsb.
Si akang kemudian meninggalkan kami berdua.
“Vit, kita bulan madu ya”, katanya sambil tersenyum.
Aku jadi berdebar2membayangkan apa yang aka dilakukannya padaku. Aku sering mendengar cerita teman2ku yang sudah pernah berhubungan sex dengan pacar-pacarnya.
Mendengar betapa nikmatnya kalo memek di tusuk-tusuk sama kontol.
Aku jadi gemetar sendiri, aku pengen juga mengalami kenikmatan itu. Pantatku kemudian duduk di sofa, Mas Roy menyusulku segera dan duduk rapat di sampingku.
“Vita sayang” katanya
sambil menggenggam erat dan mesra kedua belah tanganku. Selesai berkata begitu dia mendekatkan mukanya ke wajahku dan dengan cepat dia mengecup bibirku dengan lembut. Hidung kami bersentuhan lembut.
Dia mengulum bibir bawahku, disedot sedikit. Lima detik kemudian, dia melepaskan kecupan bibirnya dari bibirku. Aku saat kukecup tadi memejamkan mata,.
“Aku pengen melakukan itu sama kamu sayang, kamu mau kah. . .?”
Rayuannya lebih lanjut, dia berusaha mengecup bibirku lagi. Namun dengan cepat aku melepaskan tangan kananku dari remasannya dan dadanya kutahan dengan lembut.
“Mass” bisikku lirih.
“Vita sayang, mau ya”, rayunya lagi.
“Tapi mass, aku takut Mas”, jawabku.
“Takut apa sayang, katakanlah”
Bisiknya kembali sambil meraih tanganku.
“Aku takut Mas nanti meninggalkan aku”, bisikku.
Dia menggenggam kuat kedua tanganku lalu secepat kilat dia mengecup bibirku.
“Vita sayangku, aku terus terang tidak bisa menjanjikan apa-apa sama kamu tapi percayalah aku akan membuktikannya kepadamu, aku akan selalu sayang sama kamu”,
bujuknya untuk lebih meyakinkanku.
“Tapi Mas” bisikku masih ragu.
“Vit, percayalah. Apa aku perlu bersumpah sayang, kita memang masih baru beberapa bulan kenal sayang dan percayalah serta yakinlah sayang kalau takdir ini menghendaki kita pasti selalu bersama sayang”, rayunya lagi.
“Lalu kalau aku sampai hamil gimana mass?” ujarku sembari menatapnya.
“Aah, jangan khawatir sayang, aku akan bertanggung jawab semuanya kalau kamu sampai hamil, bagaimana sayang?” bisiknya.
Pikiranku sudah tidak jalan dengan baik, tertutup oleh rayuan gombal mautnya dan rasa ingin merasakan kenikmatan yang makin menggebu dengan kontol Mas Roy.
Tangannya bergerak semakin berani, dengan meremas jari tangan kini mulai meraba ke atas menelusuri dari pergelangan tangan terus ke lengan sampai ke pundak.
Kemudian diremasnya dengan lembut dan dia memandangi toketku dari balik baju kaosku yang ketat,.
“Mas harus janji dulu sebelum…” aku tak melanjutkan ucapanku.
“Sebelum apa vita saaayaaaang, katakanlah”,
Dan Kini jari tangan kanannya mulai semakin nekat menggerayangi pinggulku, ketika jari-jarinya merayap ke belakang diusapnya belahan pantatku lalu diremasnya dengan gemas.
“Aaaaahh… Mas”, aku merintih pelan.
“Mas . . .Mhhhhh. . . . , Mas.. aku rela menyerahkan semuanya asal Mas Roy mau bertanggung jawab nantinya”.
Aku berbisik semakin lemah, saat itu jari tangan kanannya bergerak semakin menggila dan liar yang menyusup ke pangkal pahaku dan mulai menyentuh benjolan memekku.
Di usapnya perlahan dari balik celanaku yang amat ketat, beberapa detik kemudian dia memaksa masuk jari tangannya di selangkanganku dan benjolan memekku.
Dan kemudian telah berada dalam genggaman tangannya. Aku menggelinjang kecil, saat jari tangannya mulai meremas perlahan.
Dia mendekatkan mulutnya kembali ke bibirku hendak mencium, tetapi aku menahan dadanya dengan tangan kananku,
“Eeeehh Mas..berjanjilah dulu ya Mas Roy. . .”bisikku
di antara desahan nafasnya yang mulai sedikit memburu.
“Ouuuuuuh. . . Vita sayang, Mas Roy berjanji untuk bertanggung jawab”.
“Auuuhh. . . . . aku menginginkan keperawananmu sayaaaaaang”, ucapnya.
Sementara jari tangannya yang sedang berada di sela-sela selangkangan pahaku itu meremas benjolan memekku lagi.
” Iyaaa.. . .Mas, aku percaya sama Mas Roy”, bisikku.
“Jadi?” tanyanya.
“Uuuuuhh.. . .. lakukanlah Mas Roy, aku milik Mas Roy sepenuhnya. . . .. mmmhh..” jawabku.
“Really. . .? Ooh. . . Vita sayanggg.”
Secepat kilat bibirku kembali dikecup dan dikulumnya, digigit lembut, disedot. Hidung kami bersentuhan lembut dengan nafas yang terdengar memburu saat dia mengecup dan mengulum bibirku cukup lama.
Dia mempermainkan lidahnya di dalam mulutku, dan aku mulai berani membalas ciumannya dengan menggigit lembut dan mengulum lidahnya dengan bibirku.
Lidah kami bersentuhan lalu dia mengecup dan mengulum bibir atas dan bawahku secara bergantian. Terdengar suara kecapan-kecapan kecil saat bibir kami saling mengecup.
“Aaah . . . . .Vita sayang, kamu pintar sekali dan kamu pernah punya pacar yaaa?” tanyanya curiga. “Mmhhhh. . . aku belum pernah punya pacar Mas.. . “
“Selama ini yang ngajari aku ciuman Mas Roy” sahutku.
“Wah kamu belajarnya cepat seklai ya, jangan-jangan kamu sering nonton film bokep yaa?”ucapnya.
Dan aku tersipu malu dengan wajah yang tiba-tiba kemerahan. Aku menundukkan mukaku karena malu.
” Iyaaa Mas, beberapa kali”, sahutku.
Terus terang sambil tetap menundukkan muka.
“Vita sayang, kamu nggak kecewa kan karena aku benar-benar sangat menginginkan keperawananmu sayang. . .?” tanyanya.
“Aku serahkan sepenuhnya apa yang bisa aku persembahkan buat Mas Roy. Vita rela. . ., lakukanlah Mas kalau Mas benar-benar menginginkannya”, sapaku lirih.
Jarii-jari tangannya yang masih berada di selangkanganku mulai bergerak menekan ke benjolan memekku yang masih aduhai dan virgin. Lalu diusap-usap ke atas dan ke bawah dengan nafsu.
Aku memekik kecil dan mengeluh lirih, kupejamkan mataku rapat-rapat.
Sementara wajahku nampak sedikit berkeringat dan dia meraih kepalaku dalam pelukannya dengan tangan kiri dan dia mencium rambutku.
“Ooouuuh Masss. . ..”, bisikku lirih.
“Enaak sayang diusap-usap begini”, tanyanya.
“Mhh… iiyyaa Mas Roy. . .”, bisikku polos. Jari-jarinya kini bukan cuma mengusap tapi mulai meremas bukit memekku dengan sangat gemas.
“sakit Mas aawww”
aku memekik kecil dan pinggulku menggelinjang keras.
Kedua pahaku yang tadi menjepit pergelangan tangan kanannya kurenggangkan. Dia mengangkat wajah dan daguku kearahnya, sambil merengkuh tubuhku agar lebih merapat ke badannya lalu kembali dia mengecup dan mencumbu bibirku dengan bernafsu.
Puas mengusap-usap bukit memekku, kini jari tangan kanannya bergerak merayap ke atas, mulai dari pangkal paha terus ke atas menelusuri pinggang sampai ujung jari-jarinya berada di bagian bawah toketku yang sebelah kiri.
Dia mengelus perlahan, di situlah mulai mendaki perlahan, akhirnya jari tangannya seketika meremas kuat toketku dengan gemasnya. Seketika itu pula aku melepaskan bibirku dari kuluman bibirnya.
“Aauuuwww… Mas . . . Atiiit. . .. , jangan keras-keras dong meremasnya”, protesku.
Kini secara bergantian jari tangannya meremas kedua toketku dengan lebih lembut. Aku menatapnya dan membiarkan tangannya menjamah dan meremas-remas kedua toketku.
“Auuggghh.. . . ..”
Tiba2 dia menjerit lumayan keras dan meloncat berdiri. Saat aku yang sedang menikmati remasan pada toketku jadi ikutan kaget.
“Eeehh kenapa Mas?”ucapku.
“Aarrrghh anu sayang… kontolku sakit nih. . .” sahutnya.
Dengan buru-buru membuka celana panjangnya di hadapanku dan aku tak menyangka dia berbuat demikian hanya memandangnya dengan terbelalak kaget.
Kemudian dia membuka sekalian CD ku dan
“WOOOOOOW. . . . .”,
Kontolnya yang sudah tegang itu langsung mencotot dan mengacung keluar mengangguk-anggukan kepalanya naik turun .
“Aauuwww… Mas Roy. . GEDE BANGET. . .”,
aku menjerit kecil sambil memalingkan mukaku ke samping dan menutup mukaku dengan tangan.
“He…he…”
Dia mengakak geli, batang kontolnya sudah kelihatan tegang berat, urat-urat di permukaan kontolnya sampai menonjol keluar semua. Batang kontolnya bentuknya montok, berurat, dan besar.
Sementara aku masih menutup muka tanpa bersuara dan dia mengocok kontolnya dengan tangan kanannya.
“Uuuaahh…nikmatnya. . .”.
“Vita sayaang sebentar yaa… aku mau cuci kontolku dulu yaa… “.
Katanya sambil ngibrit ke belakang dengan kontolnya yang sedang
“ON FIRE” tegang itu
jadi terpontang-panting sambil mengangguk-anggukkan kepala kontolnya kesana kemari. Saat dia menuju kamar mandi,
aku masih terduduk di atas sofa dan begitu melihatnya keluar menuju ke arahku tanpa celana jadi aku terkejut lagi saat melihat kontolnya yang sedang tegang bergerak manggut-manggut naik turun.
“Aauuwww…” teriakku
kembali sembari menutup mukaku dengan kedua jari tanganku.
“lhoo. . . Vita takut apa sih, kok mukanya ditutup begitu”, tanyanya geli.
“Itu Mas, kontol Mas. . .”, sahutku lirih.
“Lhoo… katanya sudah sering nonton Bokep kok masih takut. . ?”.
“Kamu kan pasti sudah lihat di film itu kalau kontol cowok itu bentuknya gini”. sahutnya geli.
“Iya…Mas. . , tapi kontol Mas gede bangeeeeet”, sahutku.
Masih sambil menutup muka.
“Yaach… ini sih kecil dibanding di film nggak ada apa-apanya. Seperti di film barat dengan kontol mereka jauh lebih gedeeeeee… “sahutnya.
“Kalau kontolku kan ukuran orang pribumi asli Vita sayang. . . ??” sahutnya.
“Sini dong kontolku kamu pegang pegang ya Sayang, ini kan milik kamu juga”, sahutnya nakal.
“Uhhhh… malu aah Mas. . .”
“Hmmmm. . .kok malu-malu sih sayang. . . , aku yang telanjang aja nggak malu sama kamu, masa kamu yang masih pakaian lengkap malu”. Sahutnya.
“Ayo dong sayang kontol Mas dipegang biar kamu bisa merasakan nya sendiri”, sahutnya.
Sembari meraih kedua tanganku yang masih menutupi mukaku. Pada mulanya aku menolak sambil memalingkan wajahku ke samping, namun setelah dirayu-rayu akhirnya aku tergoda.
Kedua tanganku dibimbingnya ke arah selangkangannya, namun kedua mataku masih kupejamkan rapat dan Jari kedua tanganku mulai menyentuh kepala kontolnya yang sedang ngaceng.
Mulanya jari tanganku hendak kutarik lagi saat menyentuh kontolnya yang ngaceng namun karena dia memegang kedua tanganku dengan kuat dan memaksanya untuk memegang kontolnya itu.
Kemudian aku hanya menurut saja, saat pertama kali aku hanya mau memegang dengan kedua jari-jariku.
“Aah… terus sayang pegang erat dengan kedua tanganmu”, dengan nafsu nafsu.
“Iiih… keras sekali Mas”, bisikku.
Sambil tetap memejamkan mata.
“Iya sayang, itu tandanya aku sedang ngaceng sayang, ayo dong digenggam dengan kedua tanganmu, aauuuhh…”.
Dia mengerang kenikmatan, saat aku menggenggam dan meremas kuat. Aku terpekik kaget, “haaah sakit ya Mas Roy…” tanyaku.
Aku menatapnya gugup.
“Ooouhh jangan dilepas sayang, remas seperti tadi , cepat yasayang oouuuhh…” erangnya lirih.
yang semula gugup, menjadi mengerti dan jari kedua tanganku yang tadi sedikit merenggang kini bergerak dan meremas kontolnya dengan kuatnya.
Dia melenguh nikmat, dan aku kini sudah berani menatap kontolnya yang kini sedang kuremas- remas. Kedua jari tanganku itu secara bergantian meremas batang dan kepala kontolnya.
Jari kiri berada di atas kepala kontolnya sedang jari yang kanan meremas kontolnya. Dia hanya bisa melenguh panjang pendek.
“MMhhhh. . …Vita saayaang… terusss sayang, yeaaachh… ohh…ssshh”,
lenguhnya keenakan. Aku memandangnya sambil tersenyum dan mulai mengusap-usap maju mundur, setelah itu kugenggam dan kuremas seperti semula tetapi kemudian aku mulai memompa dan mengocok kontolnya itu maju mundur.
” Aarrkkkhh… ssshh” dia menggelinjang menahan nikmat.
Aku semakin bersemangat melihatnya merasakan kenikmatan, kedua tanganku bergerak makin cepat maju mundur ngocok-ngocok kontolnya.
Dia semakin tak terkontrol,
“Vit… aahhrrgghh… sshh…awas pejoohku mau keluarr” teriaknya keras.
Aku meloncat berdiri saat dia mengatakan kalimat itu. Dan aku melepaskan remasan tanganku dan berdiri ke sebelahnya. Sementara pandangan mataku tetap ke arah kontolnya yang baru kukocok
. “Kamu kok lari sih…” bisiknya lirih disisiku.
“Tadi katanya pejohnya mau keluar mass… kok nggak jadi?” tanyaku polos.
Rupanya dia gak mau ngejrrrooooot karena aku kocok makanya dia bilang pejohnya mau keluar. Dia meraih tubuhku yang berada di sampingnya dan dipeluknya dengan gemas.
Dan aku menggelinjang saat dia merapatkan badannya ke tubuhku sehingga toketku yang kenyal montok menekan dadanya yang bidang. Aku merangkulkan kedua lenganku ke lehernya, dan tiba-tiba dia mengecup bibirku dengan mesra.
Kemudian dilumatnya bibirku sampai aku megap-megap kehabisan napas. Terasa kontolnya yang masih full ngaceng itu menekan kuat bagian pusarku, karena memang tubuhnya lebih tinggi dariku.
Sementara bibir kami bertautan mesra, jari tangannya mulai menggerayangi bagian tubuh bawaah. Selama beberapa detik kemudian kedua jari tangannya telah berada di atas bulatan kedua belah bokongku.
Diremasnya dengan gemas, jari-jarinya bergerak memutar di bokongku. Aku merintih dan mengerang kecil dalam cumbuannya. Lalu dia merapatkan bagian bawah tubuhnya ke depan sehingga mau tak mau kontolnya yang tetap tegang itu jadi terdesak perutku lalu menghadap ke atas.
Aku diam saja dan dia mulai menggesek-gesekkan kontolnya yang tegang itu di perutku. Namun baru juga 10 detik aku melepaskan ciuman dan pelukannya dan tertawa-tawa kecil,.
“Kamu apaan sih kok ketawa”, tanyanya heran.
“Abisnya… Mas sih,kan aku geli digesekin kaya gitu”, sahutku,
Sambil terus tertawa kecil, dia segera merengkuh tubuhku kembali ke dalam pelukannya dan aku tak menolak saat dia menyuruhku untuk meremas kontolnya seperti tadi.
Segera jari tangan kananku mengusap dan mengelus-elus kontolnya dan sesekali kuremas. Dia menggelinjang nikmat.
“Aarrrgghh… Vit… terus sayang…” bisiknya mesra.
Wajah kami saling berdekatan dan aku memandang wajahnya yang sedang meringis menahan rasa nikmat.
“Enaak ya mass…” bisikku mesra.
Jari tanganku semakin gemas saja mempermainkan kontolnya bahkan mulai kukocok seperti tadi. Dia melepaskan kecupan dan pelukanku.
“Gerah nih sayang, aku buka baju dulu yaah sayang”, katanya
sambil terus mencopot kancing kemejanya satu persatu lalu dilemparkan sekenanya ke samping. Kini dia benar-benar polos dan telanjang bulat di hadapankudan aku masih tetap mengocok kontolnya maju mundur.
“Sayang… kamu suka yaa sama kontolku”, katanya.
Sambil tetap mengocok kontolnya aku menjawab dengan polos. Ssuka sih Mas… habis kontol Mas lucu juga, keras banget Mas kayak “tongkat pramuka”, ujarku tanpa malu-malu lagi.
“Lucu apanya sih?” tanyanya.
Aku memandangnya sambil tersenyum “Pokoknya lucu aja. . “,
bisikku lirih tanpa penjelasan. ”
Gitu yaa… kalau memek kamu seperti apa yaa… aku pengen liat dong”, katanya.
Aku mendelik sambil melepaskan tanganku dari kontolnya.
“Mas . . Uhh…” sahutku malu-malu.
“Ayo, aku sudah kepengen ngerasain nih… aku buka ya celana kamu”, katanya lagi.
Dengan cepat dia berjongkok di depanku, kedua tangannya meraih pinggulku dan didekatkan ke arahnya.
Pada mulanya aku agak memberontak dan menolak tangannya namun begitu aku memandang wajahnya yang tersenyum padaku kemudian aku hanya pasrah saat jari kedua tangannya mulai mejelajah mencari resleting celana ketatku.
Wajahnya persis di depan selangkanganku sehingga dia dapat melihat gundukan bukit memekku dari balik celana ketatku.
Dia semakin tak sabar, dan begitu menemukan resleting Segera ditariknya ke bawah sampai terbuka, kebetulan aku tak memakai sabuk sehingga dengan mudah dia meloloskan dan memplorotkan celanaku sampai ke bawah.
Sementara pandangannya tak pernah lepas dari selangkanganku, dan kini terpampanglah di depannya CDku yang berwarna putih bersih itu tampak sedikit menonjol di tengahnya.
Terlihat dari CDku yang cukup tipis itu ada warna kehitaman, jembutku.
Waahh… dia memandang ke atas dan aku menatapnya sambil tetap tersenyum.
“Aku buka ya.. CDnya”, tanyanya.
Aku hanya menganggukan kepala perlahan. Dengan gemetar jari kedua tangannya kembali merayap ke atas menelusuri dari kedua betisku terus ke atas sampai kedua belah paha, dia mengusap perlahan dan mulai meremas.
“Oooh…Mas Roy”
aku merintih kecil. kemudian jari kedua tangannya merayap ke belakang kebelahan bokongku yang bulat. Dia meremas gemas disitu.
Ketika jari tangannya menyentuh tali karet CDku yang bagian atas, sreeet… secepat kilat ditariknya ke bawah CDku itu dengan gemas dan kini terpampanglah sudah daerah ‘forbidden’ ku.
Menggembung membentuk seperti sebuah gundukan bukit kecil mulai dari bawah pusarku sampai ke bawah di antara kedua belah pangkal pahaku, sementara di bagian tengah gundukan bukit memekku terbelah membentuk sebuah bibir tebal yang mengarah ke bawah dan masih tertutup rapat menutupi celah liang memekku.
Dan di sekitar situ ada jembut yang cukup lebat.
“Oohh.. Vit, indahnya…”
Hanya kalimat itu yang sanggup diucapkan saat itu. Dia mendongak ketika aku sedang membuka baju kaosku, setelah melemparkan kaos sekenanya kedua tanganku lalu menekuk ke belakang punggungnya hendak membuka BH ku dan BH itupun terlepas jatuh di Wajahnya.
Selanjutnya aku melepas juga celana dan CD ku yang masih tersangkut di mata kakiku, lalu sambil tetap berdiri di depannya, aku tersenyum manis kepadanya, walaupun wajahku sedikit memerah karena malu.
Toketku berbentuk bulat seperti buah apel, besarnya kira-kira sebesar dua kali bola tenis, warnanya putih bersih hanya pentil kecilnya saja yang tampak berwarna merah muda kecoklatan.
“kamu cantik sekali sayang”, bisiknya lirih.
Aku mengulurkan kedua tanganku kepadanya mengajaknya berdiri lagi.
“Mas Roy… aku sudah siap, aku sayang sama Mas, aku akan serahkan semuanya seperti yang Mas inginkan”, bisikku mesra.
Dia merangkul tubuhku yang telanjang. Badanku seperti kesetrum saat kulitku menyentuh kulit nya, kedua toketku yang bulat menekan lembut dadanya yang bidang.
Jari tangannya tergetar saat mengusap punggungku yang telanjang,
“Aahh.. Vit kita ngeseks dikamar yuk. Aku sudah kepingin ngeseks sayang”, bisiknya tanpa malu-malu lagi.
Aku hanya tersenyum dalam pelukannya.
“Terserah Mas saja, mau ngeseks dimana”, sahutku mesra.
Dengan penuh nafsu dia segera meraih tubuhku dan digendongnya ke dalam kamar. Direbahkannya tubuhku yang telanjang bulat itu di atas kasur busa di dalam kamar tengah, tempat tidur itu tak terlalu besar, untuk 2 orang pun harus berdempetan.
Suasana dalam kamar kelihatan gelap karena semua gorden tertutup, gorden yang berada dalam kamar ini sama sekali tidak menghadap ke jalan umum namun menghadap ke kebun di belakang.
Dia segera membuka gorden agar sinar matahari sore dapat masuk, dan benar saja begitu disibakkan sinar matahari dari arah barat langsung menerangi seluruh isi kamar.
Dia memandangi tubuhku yang telanjang bulat di ranjang. Segera dia menaiki ranjang, aku memandangnya sambil tersenyum.
Dia merayap ke atas tubuhku yang bugil dan menindihnya, sepertinya dia sudah tak sabar ingin segera memasuki memekku.
“Buka pahamu sayang, aku ingin mengen totimu sekarang”, bisiknya bernafsu.
“Mas Roy…”
aku hanya melenguh pasrah saat dia setengah menindih tubuhku dan kontolku yang tegang itu mulai menusuk celah memekku, tangannya tergetar saat membimbing kontolnya mengelus memekku lalu menelusup di antara kedua bibir memekku.
“Sayang, aku masukkan yaah… kalau sakit bilang sayang.. kamu kan masih perawan.”
“Pelan-pelan Mas”, bisikku pasrah.
Lalu dengan jari tangan kanannya diarahkannya kepala kontolnya ke memekku.
Aku memeluk pinggangnya mesra, sementara dia mencari liang memekku di antara belahan bukit memekku. Dia mencoba untuk menelusup celah bibir memekku bagian atas namun setelah ditekan ternyata jalan buntu.
“Agak ke bawah Mas, aahh kurang ke bawah lagi Mas… mm.. yah tekan di situ Mas… aawww pelan-pelan Mas sakiiit”,
aku memekik kecil dan menggeliat kesakitan.
Kemudian dia berhasil menemukan celah memekku itu setelah aku menuntunnya, diapun mulai menekan ke bawah, kepala kontolnya dipaksanya untuk menelusup ke dalam liang memekku yang sempit.
Dia mengecup bibir ku sekilas lalu berkonsentrasi kembali untuk segera dapat membenamkan kontolnya seluruhnya ke dalam liang memekku.
Aku mulai merintih dan memekik-mekik kecil ketika kepala kontolnya yang besar mulai berhasil menerobos liang memekku yang sangat-sangat sempit sekali.
“Tahan sayang…aku masukkan lagi, sempit sekali sayang aahh”, erangnya.
Mulai merasakan kenikmatan dan kurasakan kepala kontolnya berhasil masuk dan terjepit ketat sekali dalam liang memekku.
“Aauuuuwwww…. Mas Roy sakiit…” teriakku memelas,.
Tubuhku menggeliat kesakitan dan dia berusaha menentramkan aku sambil mengecup mesra bibirku dan dilumat dengan perlahan.
Kemudian
“Tahan sayang, baru kepalanya yang masuk sayang, aku tekan lagi yaacchh”, bisiknya.
Tiba2 dia mencabut kembali kontolnya yang baru masuk kepalanya saja itu dengan perlahan.
“Ah… sayang, aku masukin nanti saja deh, liang memekmu masih sangat sempit dan kering sayang”. “memekku sakit Mas”, erangku lirih.
“Yahh… aku tahu sayang kamu kan masih perawan, kita bercumbu dulu sayang, aku kepingin melihat kamu nyampe”, bisiknya bernafsu.
Segera dia merebahkan badannya di atas tubuhku dan dipeluknya dengan kasih sayang,
“Vita… hh.. bagaimana perasaanmu sayang”, bisiknya mesra.
Aku memandangnya dan tertawa renyah.
“mm… aku bahagia sekali bersama Mas seperti ini, rasanya nikmat ya Mas berpelukan sambil telanjang kaya gini”, ujarku polos.
“Iyaa sayang, anggaplah aku suamimu saat ini sayang”, bisiknya nakal.
“Iih.. Mas, Mas cumbui isterimu dong, beri istrimu kenik…mmbhh”,
belum sempat aku selesai ngomong, dia sudah melumat bibirku. Aku membalas ciumannya dan melumat bibirnya dengan mesra.
Dia menjulurkan lidahnya ke dalam mulutku dan aku langsung mengulumnya hangat, begitu sebaliknya.
Jari tangan kirinya merayap ke bawah menelusuri sambil mengusap tubuhku mulai pundak terus ke bawah sampai ke pinggul dan diremasnya dengan gemas.
Ketika tangannya bergerak kebelakang ke bulatan bokongku, dia mulai menggoyangkan seluruh badannya menggesek tubuhku yang bugil terutama pada bagian selangkangan dimana kontolnya yang sedang tegang-tegangnya menekan gundukan bukit memekku.
Dia menggerakkan pinggulnya secara memutar sambil menggesek-gesekkan batang kontolnya di permukaan bibir memekku sambil sesekali ditekan-tekan.
Aku ikut-ikutan menggelinjang kegelian, beberapa kali kepala kontolnya yang tegang salah sasaran memasuki belahan bibir memekku seolah akan menembus liang memekku lagi.
Aku hanya merintih kesakitan dan memekik kecil,.
“Aauwwww… Mas saakiit”, erangku.
“Aahh.. Vit… memekmu empuk sekali sayang, ssshh”, dia melenguh keenakan.
Beberapa menit kemudian setelah kami puas bercumbu bibir, dia menggeser tubuhnya kebawah sampai Wajahnya tepat berada di atas kedua bulatan toketku, kini ganti perutnya yang menekan memekku.
Jari kedua tangannya secara bersamaan mulai menggerayangi tetek milikku, dia mulai menggesekkan ujung-ujung jari-jarinya mulai dari bawah toketku di atas perut terus menuju gumpalan kedua toketku yang kenyal dan montok.
Aku merintih dan menggelinjang antara geli dan nikmat.
“Mas Roy, geli”, erangku lirih.
Beberapa saat dia mempermainkan kedua pentilku yang kemerahan dengan ujung jari-jarinya. Aku menggelinjang lagi, dipuntirnya sedikit pentilku dengan lembut.
” Mas…”
aku semakin mendesah tak karuan. Secara bersamaan kemudian dia meremas-remas gemas kedua toketku dengan sepenuh nafsu.
“Aawww…Mas”,
aku mengerang dan kedua tanganku memegangi kain sprei dengan kuat.
Dia semakin menggila tak puas meremas lalu mulutnya mulai menjilati kedua toketku secara bergantian.
Lidahnya menjilati seluruh permukaan toketku itu sampai b
asah, mulai dari toket yang kiri lalu berpindah ke toket yang kanan, digigit-gigitnya pentilku secara bergantian sambil diremas-remas dengan gemas sampai aku berteriak-teriak kesakitan.
Lima menit kemudian lidahnya bukan saja menjilati kini mulutnya mulai beraksi menghisap kedua pentilku sekuat-kuatnya.
Dia tak peduli aku menjerit dan menggeliat kesana-kemari, sesekali kedua jari tanganku memegang dan meremasi rambutnya, sementara kedua tangannya tetap mencengkeram dan meremasi kedua toketku bergantian sambil menghisap-hisap pentilnya.
Bibir dan lidahnya dengan sangat rakus mengecup, mengulum dan menghisap kedua toketku. Di dalam mulutnya pentilku dipilin dengan lidahnya sambil terus dihisap.
Aku hanya bisa mendesis, mengerang, dan beberapa kali memekik kuat ketika giginya menggigiti pentilku dengan gemas, hingga tak heran kalau di beberapa tempat di kedua bulatan toketku itu nampak berwarna kemerahan bekas hisapan dan garis-garis kecil bekas gigitannya.
Cukup lama dia mengemut toketku, setelah itu bibir dan lidahnya kini merayap menurun ke bawah. Ketika lidahnya bermain di atas pusarku, aku mulai mengerang-erang kecil keenakan, dia mengecup dan membasahi seluruh perutku.
Ketika dia bergeser ke bawah lagi dengan cepat lidah dan bibirnya telah berada di atas gundukan bukit memekku.
“Buka pahamu Vit..” teriaknya tak sabar,
posisi pahaku yang kurang membuka itu membuatnya kurang leluasa untuk mencumbu memekku itu.
“Oooh… Mas Roys”, aku hanya merintih lirih.
Dia membetulkan posisinya di atas selangkangan ku. Aku membuka ke dua belah pahaku lebar-lebar, aku sudah sangat terangsang sekali. Kedua tanganku masih tetap memegangi kain sprei, aku kelihatan tegang sekali.
“Sayang… jangan tegang begitu dong sayang”, katanya mesra.
“Lampiaskan saja perasaanmu, jangan takut kalau Vita merasa nikmat, teriak saja sayang biar puass….” katanya selanjutnya.
Sambil memejamkan mata aku berkata lirih. “Iya Mas Roy eenaak sih Mas Roy”, kataku polos.
Dia memandangi memekku yang sudah ditumbuhi jembut namun kulit dimemekku dan sekitarnya itu tidak tampak keriput sedikitpun, masih kelihatan halus dan kencang.
Bibir memekku kelihatan gemuk dan padat berwarna putih sedikit kecoklatan, sedangkan celah sempit yang berada di antara kedua bibir memekku itu tertutup rapat.
“MAs… ngapain sih kok ngelamun, bau yaa Mas?” tanyaku sambil tersenyum.
Wajahku sedikit kusut dan berkeringat.
“abisnya memekmu lucu sih, bau lagi”, balasnya nakal
. “Iiihh… jahat”,
Belum habis berkata begitu aku memegang kepalanya dan mengucek-ucek rambutnya. Dia tertawa geli. Selanjutnya aku menekan kepalanya ke bawah, sontak Wajahnya terutama hidung dan bibirnya langsung nyosor menekan memekku, hidungnya menyelip di antara kedua bibir memekku.
Bibirnya mengecup bagian bawah bibir memekku dengan bernafsu, sementara jari kedua tangannya merayap ke balik pahaku dan meremas bokongku yang bundar dengan gemas.
Dia mulai mencumbui bibir memekku yang tebal itu secara bergantian seperti kalau dia mencium bibirku. Puas mengecup dan mengulum bibir bagian atas, dia berpindah untuk mengecup dan mengulum bibir memekku bagian bawah.
Karena ulahnya aku sampai menjerit-jerit karena nikmatnya, tubuhku menggeliat hebat dan terkadang meregang kencang, beberapa kali kedua pahaku sampai menjepit kepalanya yang lagi asyik masyuk bercumbu dengan bibir memekku.
Dia memegangi kedua belah bokongku yang sudah berkeringat agar tidak bergerak terlalu banyak, sepertinya dia tak rela melepaskan pagutan bibirnya pada bibir memekku. aku mengerang-erang dan tak jarang memekik cukup kuat saking nikmatnya.
Kedua tanganku meremasi rambutnya sampai kacau, sambil menggoyang-goyangkan pinggulku.
Kadang pantat kunaikkan sambil mengejan nikmat atau kadang kugoyangkan memutar seirama dengan jilatan lidahnya pada seluruh permukaan memekku.
aku berteriak makin keras, dan terkadang seperti orang menangis saking tak kuatnya menahan kenikmatan yang diciptakannya pada memekku.
Tubuhku menggeliat hebat, kepalaku bergerak ke kiri dan ke kanan dengan cepat, sambil mengerang tak karuan.
Dia semakin bersemangat melihat tingkahku, mulutnya semakin buas, dengan nafas setengah memburu disibakkannya bibir memekku dengan jari tangan kanannya,
terlihat daging berwarna merah muda yang basah oleh air liurnya bercampur dengan cairan lendirku, agak sebelah bawah terlihat celah liang memekku yang amat sangat kecil dan berwarna kemerahan pula.
Dia mencoba untuk membuka bibir memekku agak lebar, namun aku memekik kecil karena sakit.
“aawww Mas Roy.. sakiit”, pekikku kesakitan.
“maaf sayang, sakit yaa…” bisiknya khawatir.
Dia mengusap dengan lembut bibir memekku agar sakitnya hilang, sebentar kemudian lalu disibakkan kembali pelan-pelan bibir memekku,
celah merahnya kembali terlihat, agak ke atas dari liang memekku yang sempit itu ada tonjolan daging kecil sebesar kacang hijau yang juga berwarna kemerahan, inilah itil, bagian paling sensitif dari memek wanita.
Lalu secepat kilat dengan rakus lidahnya dijulurkan sekuatnya keluar dan mulai menyentil-nyentil daging itilku. Aku memekik sangat keras sambil menyentak-nyentakkan kedua kakiku ke bawah.
Aku mengejang hebat, pinggulku bergerak liar dan kaku, sehingga jilatannya pada itilku jadi luput. Dengan gemas dia memegang kuat-kuat kedua belah pahaku lalu kembali menempelkan bibir dan hidungnya di atas celah kedua bibir memekku,
dia menjulurkan lidahnya keluar sepanjang mungkin lalu ditelusupkannya lidahnya menembus jepitan bibir memekku dan kembali menyentil nikmat itilku.
aku memekik tertahan dan tubuhku kembali mengejan sambil menghentak-hentakkan kedua kakiku, pantat ku angkat ke atas sehingga lidahnya memasuki celah bibir memekku lebih dalam dan menyentil-nyentil itilku.
Begitu singkat karena tak sampai 3 menit aku terisak menangis dan ada semburan lemah dari dalam liang memekku berupa cairan hangat agak kental banyak sekali.
Dia masih menyentil itilku beberapa saat sampai tubuhku terkulai lemah dan kemudian pantatku pun jatuh kembali ke kasur.
Aku melenguh panjang pendek meresapi kenikmatan yang baru kurasakan, sementara dia masih menyedot sisa-sisa lendir yang keluar ketika aku nyampe. Seluruh selangkanganku tampak basah penuh air liur bercampur lendir yang kental.
Dia menjilati seluruh permukaan memekku sampai agak kering,
“Sayaang… puas kan…” bisiknya lembut namun aku sama sekali tak menjawab, mataku terpejam rapat namun mulutku tersenyum bahagia.
“Giliranku sayang, aku mau masuk nih… tahan sakitnya sayang”, bisiknya lagi tanpa menunggu jawabannya.
Dia segera bangkit dan duduk setengah berlutut di atas tubuhku yang telanjang berkeringat. Toketku penuh lukisan hasil karyanya.
Dengan agak kasar dia menarik kakiku ke atas dan ditumpangkannya kedua pahaku pada pangkal pahanya sehingga kini selangkanganku menjadi terbuka lebar.
Dia menarik bokongku ke arahnya sehingga kontolnya langsung menempel di atas memekku yang masih basah. Dia mengusap-usapkan kepala kontolnya pada kedua belah bibir memekku dan lalu beberapa saat kemudian dengan nakal kontolnya ditepuk-tepukkan dengan gemas ke memekku.
Aku menggeliat manja dan tertawa kecil,
“Mas… iiih.. gelii.. aah”, jeritku manja.
“Sayaang, kontolku mau masuk nih… tahan yaa sakitnya”, bisiknya nakal penuh nafsu.
“Iiihh… jangan kasar ya Mas Roy… pelan-pelan saja masukinnya, aku takut sakiit”, sahutku polos penuh kepasrahan.
Sedikit disibakkannya bibir memekku dengan jari kirinya, lalu diarahkannya kepala kontolnya yang besar ke liang memekku yang sempit.
Dia mulai menekan dan aku pun meringis, dia tekan lagi… kemudian perlahan-lahan mili demi mili liang memekku itu membesar dan mulai menerima kehadiran kepala kontolnya. Aku menggigit bibir.
Dia melepaskan jari tangannya dari bibir memekku dan plekk… bibir memekku langsung menjepit nikmat kepala kontolnya.
“Tahan sayang…” bisiknya bernafsu.
Aku hanya mengangguk pelan, mata lalu kupejamkan rapat-rapat dan kedua tanganku kembali memegangi kain sprei.
Dia agak membungkukkan badannya ke depan agar pantatnya bisa lebih leluasa untuk menekan ke bawah.
Dia memajukan pinggulnya dan kemudian kepala kontolnya mulai tenggelam di dalam liang memekku. Dia kembali menekan, dan aku mulai menjerit kesakitan.
Dia tak peduli, mili demi mili kontolnya secara pasti terus melesak ke dalam liang memekku dan tiba-tiba setelah masuk sekitar 4 centi seperti ada selaput lunak yang menghalangi kepala kontolnya untuk terus masuk, dia terus menekan dan aku melengking keras sekali lalu menangis terisak-isak. selaput daraku robek.
Dia terus menekan kontolnya, ngotot terus memaksa memasuki liang memekku yang luar biasa sempit itu. Dia memegang pinggulku, dan ditariknya kearahnya kontolnya masuk makin ke dalam,
Aku terus menangis terisak-isak kesakitan, sementara dia sendiri malah merem melek keenakan. Dan dia menghentak keras ke bawah, dengan cepat kontolnya mendesak masuk liang memekku. dia mengerang nikmat.
Dihentakkan lagi pantatnya ke bawah dan kemudian kontolnya secara sempurna telah tenggelam sampai kandas terjepit di antara bibir memekku. dia berteriak keras saking nikmatnya, matanya mendelik menahan jepitan ketat memekku yang luar biasa.
Sementara aku hanya memekik kecil lalu memandangnya sayu.
“Mas Roy… aku sudah nggak perawan lagi sekarang”, bisikku lirih.
Kami sama-sama tersenyum. Direbahkannya badannya di atas tubuhku yang telanjang, aku memeluknya penuh kasih sayang, toketku kembali menekan dadanya.
Memekku menjepit meremas kuat kontolnya yang sudah amblas semuanya. Kami saling berpandangan mesra,dia mengusap mesra wajahku yang masih menahan sakit menerima sodokan kontolnya.
“Mas… bagaimana rasanya”, bisikku mulai mesra kembali,
walaupun sesekali kadang aku menggigit bibir menahan sakit.
“Enaak sayang.. dan nikmaat… oouhh aku nggak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata sayang… selangit pokoknya”, bisiknya.
“MAs, bagaimana kalau aku sampai hamil?” bisikku sambil tetap tersenyum.
“Oke…nanti setelah ngentoot kita cari obat di apotik, obat anti hamil”, bisiknya gemas.
“Iihh… nakal…” sahutku sambil kembali mencubit pipinya.
“Biariin…”
“Maasss…” aku agak berteriak.
“Apaan sih…” tanyanya kaget.
Lalu sambil agak bersemu merah dipipi aku berkata lirih.
“Di genjot dong…” bisikku hampir tak terdengar.
“Iiih kamu kebanyakan nonton film porno, kan memeknya masih sakiit”, jawabnya.
“Pokoknya, di genjooot dong Mas…” sahutku manja.
Dia mencium bibirku dengan bernafsu, dan akupun membalas dengan tak kalah bernafsu. Kami saling berpagutan lama sekali,
lalu sambil tetap begitu dia mulai menggoyang pinggul naik turun. kontolnya mulai menggesek liang memekku dengan kasar, pinggulnya menghunjam-hunjam dengan cepat mengeluar masukkan kontolnya yang tegang.
Aku memeluk punggungnya dengan kuat, ujung jari tanganku menekan punggungnya dengan keras. Kukuku terasa menembus kulitnya.
Tapi dia tak peduli, dia sedang mengentoti dan menikmati tubuhku. Aku merintih dan memekik kesakitan dalam cumbuannya. Beberapa kali aku sempat menggigit bibirnya, namun itupun dia tak peduli.
Dia hanya merasakan betapa liang memekku yang hangat dan lembut itu menjepit sangat ketat kontolnya. Ketika ditarik keluar terasa daging memekku seolah mencengkeram kuat kontolnya, sehingga terasa ikut keluar. Aku melepaskan ciumannya dan mencubit pinggangnya.
“Auuuwww… aduuh Mas Roy… sakit … . ngilu Mas” aku berteriak kesakitan.
“Maaf sayang… aku mainnya kasar yaah? aku nggak tahan lagi sayang aahhgghghh”, bisiknya. “pejuhku mau keluar.
desahnya sambil menyemprotkan peju yang banyak di liang memekku. Kami pun berpelukan puas atas kejadian tersebut. Dan tanpa terasa kami ketiduran sambil berpelukan telanjang bulat karena kecapaian dalam permainan tadi.
Kami tidur dua jam lamanya lalu kami berdua mandi bersama. Di dalam kamar mandi kami saling membersihkan dan berciuman. Dia minta aku jongkok. Dia mengajariku untuk menjilati serta mengulum kontolnya yang sudah tegak berdiri.
Kontolnya kukulum sambil mengocoknya pelan-pelan naik turun.
“Enak banget yang, kamu cepet ya belajarnya. Terus diemut yang”, erangnya.
Kemudian giliran dia, aku disuruhnya berdiri sambil kaki satunya ditumpangkan di bibir bathtub agar siap mendapat serangan oralnya.
Dia menyerang selangkanganku dengan lidah yang menari-nari kesana kemari pada itilku sehingga aku mengerang sambil memegang kepalanya untuk menenggelamkannya lebih dalam ke memekku.
Dia tahu apa yang kumau, lalu dijulurkannya lidahnya lebih dalam ke memekku sambil mengorek-korek itilku dengan jari manisnya. Semakin hebat rangsangan yang aku rasakan sampai aku nyampe, dengan derasnya lendirku keluar tanpa bisa dibendung.
Dia menjilati dan menelan semua lendirku itu tanpa merasa jijik.
“Mas, nikmat banget deh, aku sampe lemes”, kataku.
“Ya udah kamu istirahat aja, aku mau ngangetin makanan dulu ya”, katanya.
.Aku berbaring di ranjang, ngantuk sampe ketiduran lagi. DIa membangunkanku dan mengajakku makan nasi padang yang sudah disiapkannya.
“Vit, malem ini kita tidur disini aja ya, aku masih pengen ngerasain peretnya memekmu lagi. Kamu mau kan kita ngen tot lagi”, katanya sambil membelai pipiku.
“Aku nurut aja apa yang mas mau, aku kan udah punyanya mas”, jawabku pasrah.
Sehabis makan langsung Aku dibawanya lagi keranjang, dan direbahkan. Kami langsung berpagutan lagi, aku sangat bernapsu meladeni ciumannya.
Dia mencium bibirku, kemudian lidahnya menjalar menuju ke toketku dan dikulumnya pentilku. Terus menuju keperut dan dia menjilati pusarku hingga aku menggelepar menerima rangsangan itu yang terasa nikmat.
“Mas enak sekali..” nafasku terengah2. Lumatannya terus dilanjutkannya pada itilku. Itilku dijilatinya, dikulum2, sehingga aku semakin terangsang hebat.
Pantatku kuangkat supaya lebih dekat lagi kemulutnya. Diapun merespons hal itu dengan memainkan lidahnya ke dalam memekku yang sudah dibukanya sedikit dengan jari. Ketika responsku sudah hampir mencapai puncak, dia menghentikannya.
Dia ganti dengan posisi 69. Dia telentang dan minta aku telungkup diatas tubuhnya tapi kepalaku ke arah kontolnya.
Dia minta aku untuk kembali menjilati kepala kontolnya lalu mengulum kontolnya keluar masuk mulutku dari atas. Setelah aku lancar melakukannya, dia menjilati memek dan itilku lagi dari bawah. Selang beberapa lama kami melakukan pemanasan maka dia berinisiatif untuk menancapkan kontolnya di memekku.
Aku ditelentangkannya, pahaku dikangkangkannya, pantatku diganjal dengan bantal.
“buat apa mas, kok diganjel bantal segala”, tanyaku.
“biar masuknya dalem banget yang, nanti kamu juga ngerasa enaknya”, jawabnya sambil menelungkup diatasku.
Kontolnya digesek2kan di memekku yang sudah banyak lendirnya lagi karena itilku dijilati barusan.
“Ayo Mas cepat, aku sudah tidak tahan lagi” pintaku dengan bernafsu.
“Wah kamu sudah nafsu ya Vit, aku suka kalo kita ngen tot setelah kamu napsu banget sehingga gak sakit ketika kontolku masuk ke memek kamu”, jawabnya.
Dengan pelan tapi pasti dia masukan kontolnya ke memekku.
“Pelan2 ya mas, biar gak sakit”, lenguhku
sambil merasakan kontolnya yang besar menerobos memekku yang masih sempit.
Dia terus menekan2 kontolnya dengan pelan sehingga kemudian masuk semua. Lalu dia tarik pelan-pelan juga dan dimasukkan lagi sampai mendalam, terasa kontolnya nancep dalem sekali.
“Mas enjot yang cepat, Mas, aku udah mau nyampe ach.. Uch.. Enak Mas, lebih enak katimbang dijilat mas tadi”, lenguhku.
“Aku juga mau keluar, yang”, jawabnya.
Dengan hitungan detik kami berdua nyampe bersama sambil merapatkan pelukan, terasa memekku berkedutan meremes2 kontolnya.
Lemas dan capai kami berbaring sebentar untuk memulihkan tenaga. Sudah satu jam kami beristirahat, lalu dia minta aku mengemut kontolnya lagi.
“Aku belum puas yang, mau lagi, boleh kan?” tanyanya.
“Boleh mas, aku juga pengen ngerasain lagi nyampe seperti tadi”, jawabku sambil mulai menjilati kepala kontolnya yang langsung ngaceng dengan kerasnya.
Kemudian kepalaku mulai mengangguk2 mengeluar masukkan kontolnya dimulutku. Dia mengerang kenikmatan,
“Enak banget Vit emutanmu.
Tadi memekmu juga ngempot kontolku ketika kamu nyampe. Nikmat banget deh malam ini, boleh diulang ya sayang kapan2″.
Aku diam tidak menjawab karena ada kontolnya dalam mulutku.
“Vit, aku udah mau ngejrrrooooot nih, aku masukkin lagi ya ke memek kamu”,
katanya sambil minta aku nungging.
“MAu ngapain mas, kok aku disuru nungging segala”, jawabku tidak mengerti.
“udah kamu nungging aja, mas mau ngen totin kamu dari belakang”, jawabnya.
Sambil nungging aku bertanya lagi,
“Mau dimasukkin di pantat ya mas, aku gak mau ah”.
“Ya gak lah yang, ngapain di pantat, di memek kamu udah nikmat banget kok”, jawabnya.
dengan pelan diumasukkannya kontolnya ke memekku, ditekan2nya sampe amblas semua, terasa kontolnya masuk dalem sekali, seperti tadi ketika pantatku diganjel bantal.
Kontolnya mulai dikeluarmasukkan dengan irama lembut.
Tanpa sadar aku mengikuti iramanya dengan menggoyangkan pantatku.
Tangan kirinya menjalar ke toketku dan diremas-remas kecil, sambil mulai memompa dengan semakin cepat.
Aku mulai merasakan nikmatnya dientot, sakit sudah tidak terasa lagi.
“Mas, aku udah ngerasa enaknya dien tot, terus yang cepet ngenjotnya mas, rasanya aku udah mau nyampe lagi”, erangku.
Dia tidak menjawab, enjotan kontolnya makin lama makin cepet dan keras, nikmat banget deh rasanya. DOMINO QQ
Kemudian dengan satu enjotan yang keras dia melenguh,
“Vit aku ngejrrrooooot, aah”, erangnya.
“Mas, aku nyampe juga mas, ssh”,
bersamaan dengan ngejrrroooootnya pejohnya aku juga nyampe.Kembali aku terkapar kelelahan. Ketika aku terbangun, hari udah terang
Aku nggeletak telanjang bulat di ranjang dengan Satu kaki terbujur lurus dan yang sebelah lagi menekuk setengah terbuka mengangkang.
Dia yang sudah bangun lebih dulu, menaiki ranjang dan menjatuhkan dadanya diantara kedua belah paha ku. Lalu dengan gemas, diciumnya pusarku.
” Mas Roy, geli!” aku menggeliat manja.
Dia tersenyum sambil terus saja menciumi pusarku berulang2 hingga aku menggelinjang beberapa kali. Dengan menggunakan ke2 siku dan lututnya ia merangkak sehingga wajahnya terbenam diantara ke2 toketku.
Lidahnya sedikut menjulur ketika dia mengecup pentilku sebelah kiri, kemudian pindah ke pentil kanan.
Diulangnya beberapa kali, kemudian dia berhenti melakukan jilatannya. Tangan kirinya bergerak keatas sambil meremes dengan lembut toketku.
Remasannya membuat pentilku makin mengeras, dengan cepat dikecupnya pentilku dan dikulum2nyasambil mengusap punggungku dengan tangan kanannya.
“Kamu cantik sekali,” katanya sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku.
Aku hanya tersenyum, aku senang mendengar pujiannya. Kurangkul lehernya, kemudian kucium bibirnya.
Lidahnya yang nyelip masuk mulutku kuhisap2. Aku segera meraba kontolnya lagi, kugenggam dan kugesek2kan ke memekku yang mulai berlendir.
Lendir memekku melumuri kepala kontolnya, kontolnya menjadi makin keras. Urat2 berwarna hijau di kulit batang kontolnya makin membengkak.
Dia menekan pinggulnya sehingga kepala kontolnya nyelip di bibir memekku. Terasa bibir memekku menjepit kontolnya yang besar itu. Dia menciumi leherku, dadanya direndahkan sehingga menekan toketku.
“Oh…mas”, lenguhku ketika ia menciumi telingaku.
“Kakimu dibelitkan di pinggangku Vit”, pintanya sambil terus mencium bibirku.
Tangan kirinya terus meremas toketku sedang tangan satunya mengelus pahaku yang sudah kulingkarkan di pinggangnya.
Lalu dia mendorong kontolnya lebih dalam. Sesak rasanya memekku. Pelan2 dia menarik sedikit kontolnya, kemudian didorongnya.
Hal ini dia lakukan beberapa kali sehingga lendir memekku makin banyak keluarnya, mengolesi kepala kontolnya.
Sambil menghembuskan napas, dia menekan lagi kontolnya masuk lebih dalam. Dia menahan gerakan pinggulnya ketika melihat aku meringis.
“Sakit sayang”, tanyanya.
“Tahan sedikit ya”.
Dia kembali menarik kontolnya hingga tinggal kepalanya yang terselip di bibir luar memekku, lalu didorongnya kembali pelan2.
Dia terus mengamati wajahku, aku setengah memejamkan mata tapi sudah tidak merasa sakit.
“Vit, nanti dorong pinggul kamu keatas ya”, katanya sambil menarik kembali kontolnya.
Dia mencium bibirku dengan lahap dan mendorong kontolnya masuk kontolnya. Pentilku diremesnya dengan jempol dan telunjuknya.
Aku tersentak karena enjotan kontolnya dan secara reflex aku mendorong pinggulku ke atas sehingga kontolnya nancap lebih dalam.
Aku menghisap lidahnya yang dijulurkan masuk ke mulutku.
Sementara itu dia terus menekan kontolnya masuk lebih dalam lagi. Dia menahan gerakan pinggulnya, rambutku dibelai2nya dan terus mengecup bibirku.
Kontolnya kembali ditariknya keluar lagi dan dibenamkan lagi pelan2, begitu dilakukannya beberapa kali sehingga seluruh kontolnya sudah nancap di memekku
Aku merangkul lehernya dan kakiku makin erat membelit pinggangnya.
“Akh mas”, lenguhku
ketika terasa kontolnya sudah masuk semua, terasa memekku berdenyut meremes2 kontolnya.
“Masih sakit Vit”, tanyanya.
“Enak mas”, jawabku sambil mencakari punggungnya, terasa biji pelernya memukul2 pantatku. Dia mulai mengenjotkan kontolnya keluar masuk memekku.
Entah bagaimana dia mengenjotkan kontolnya, itilku tergesek kontolnya ketika dia mengenjotkan kontolnya masuk. Aku menjadi terengah2 karena nikmatnya. Dia juga mendesah setiap kali mendorong kontolnya masuk semua,
“Vita, memekmu peret sekali, terasa lagi empotannya, enak banget sayang ngentooot dengan kamu”.
Tangannya menyusup ke punggungku sambil terus mengenjotkan kontolnya. Terasa bibir memekku ikut terbenam setiap kali kontolnya di genjooot masuk.
“Mas”, erangku.
Terdengar bunyi “ploook”
setiap kali dia menghunjamkan kontolnya.
Bunyi itu berasal dari beradunya pangkal pahanya dengan pangkal pahaku karena aku mengangkat pinggulku setiap dia mengenjot kontolnya masuk.
“Vit, aku udah mau ngecrot”, erangnya lagi.
Dia menghunjamkan kontolnya dalam2 di memekku dan terasalah pejohnya nyembur2 di dalam memekku. Bersamaan dengan itu,
“Mas, aku nyampe juga mas”,
aku mengejang karena ikutan nyampe. Nikmat banget bersama dia, walaupun perawanku hilang aku tidak nyesel karena ternyata dientot itu mendatangkan kenikmatan luar biasa.
Tapi tak jadi masalah buatku karena temanku yang memperkenalkan aku, hitung –hitung aku tambah relasi dan teman di pikiranku.
Saat berkenalan dengan pria itu , hatiku juga senang dan berbunga-bunga. Karena dengan ketampanan pria itu dan dengan postur yang gagah membuatku terpesona begitu saja.
Setelah kita berkenalan , aku panggil saja dengan sebutan Mas, karena dengan sebutan seperti ini kita bia menjadi akrab lagi dan nyaman.
Saat aku di perkenalkan dengan dia, temenku yang memperkenalkan juga begitu bahagia melihatku , meskipun dengan status Pria yang di kanalkan kepadaku.
Dan saat itu kami langsung dekat dalam pembicaraan dan ngobrol-ngobrol begitu aja. Saat berbincang dengannya , tenyata Pria ini sebut saja Namanya Mas Roy sangat humoris dan asyik.
Dengan usia Mas Roy yang lebih sedikit tua dari aku, aku bgitu menyukainya. Karena selera ku kebetulan dengan usia yang lebih tua dan matang dari ku.
Dengan berbincang dengan nya, dengan segala kelucuannya semakin lama pembicaraannya mengarah ke yang aneh-aneh. Namun , aku sih tetep OK OK saja dan tak masalah buatku. Saat pada acara makan ,
Mas Roy menemaniku dan menikmati hidangan yang tersedia. Pada saat acara dansa di mulai , mas Roy tiba-tiba saja mengajakku turun ke panggung untuk menajak berdansa denganku.
Dengan di iringi lagu yang mellow dan slow, aku begitu larut ke dalam dekapannya dan menjadikan ini ke dalam situasi yang romantic dan hangat.
Mas Roy, berbisik kepadaku
“Vit, kamu sangat cantik sekali , kamu adalah wanita yang sempurna dari semua tamu wanita yang datang di acara pernikahan ini”.
Tiba –tiba Mas Roy bilang ke aku bahwa dia suka sama aku.
“Mas Roy kan sudah berkeluarga, masak masih suka sama Vit sih Mas. . ?” ucapku.
“ Karena kamu masih muda di banding aku, kecantikan mu masih sangat alami dan tidak permakan dari tamu-tamu wanita yang dateng”. Ucapnya.
Memang betul sih Mas Roy, fashionku sangat masih biasa-biasa saja. Tanpa adanya polesan make up yang menutupi kulit wajahku. Wanita mana sih yang gak suka di puji pria yang kebetulan kagum kepadanya.
Saat acara telah usai dan pada waktu mau pulang , mas Roy berniat mengantarkanku pulang. Setelah sampai di rumah, dan sebelum aku keluar dari pintu mobilnya . Tiba –tiba keningku di kecup sama Mas Roy dan berkata
“ Kapan –kapan kita ketemuan lagi ya Vita.. . ?”Ucapnya.
Dan saat itu , kita saling bertukar nomor HP. Sejak pertemuan pertama itu, kami sering jumpa di mall, di bioskop atau ditempat aerobik. Karena dia tau aku suka aerobik, makanya diapun mendaftar menjadi member ditempat aku biasa aerobik.
Karena sering bertemu, hubungan kami makin lama makin deket. MAs Roy merupakan lelaki pertama yang mencium bibirku. Itu kejadiannya ketika kami sedang dibioskop, karena bukan weekend jad jumlah penontonnya sedikit.
Sehingga dia milih tempat duduk yang jauh dari penonton lain.
Mas Roy berbisik: “Vit, aku sayang kamu”.
“Aku juga sayang sama Mas Roy, Sayangnya mas Roy sudah keluarga “. ucapku.
“Kita jalani aja dulu Vit, gak papa kan kalo jarak jauh kaya gini. Pokoknya Mas Roy selalu berusaha untuk bertemu Vita sesering mungkin, sayang”.
Dia meluncurkan rayuan mutnya, dan sehingga aku makin terhanyut.
“Vit..”, panggilnya lagi,
kemudian aku menoleh ke arahnya dengan duduk kami berdempetan dan dia langsung merangkul pundakku.
Kemudian mendekatkan bibirnya ke bibirku , lalu aku memejamkan mataku dan terasa lembut sekali bibirnya menyentuh bibirku. Kemudian terasa bibirnya mulai mencumbu bibirku dan aku diam ketika Mas Roy cukup lama mengecup di bibirku.
“Mas Roy”, desahku ketika dia melepas bibirnya.
Seakan aku gak rela dia melepaskan bibirku, diapun menikmati bibirku lagi. Kali ini lebih lama lagi, demikianlah sepanjang film itu dan kami tidak menikmati filmnya tetapi aku menikmati bagaimana bibirnya Mas Roy mengulum-ngulu bibirku.
“Mas Roy, aku sayang sekali sama mas Roy, Vita mau jadi pacar mas Roy”.ucapku.
Sejak kejadian di bioskop itu, kami menjadi rutin berciuman kalo bertemu. Paling tidak kami melakukannya sebentar di mobil sebelum mobil jalan atau sebelum aku turun didepan rumahku.
Temenku mengingatkan aku agar jangan terlalu larut dalam berhubungan dengan Mas Roy, karena dia dah berkeluarga.
“Nanti kamu yang nyesel, kalo dia harus mutusin hubungan kamu dengan dia”.
Tapi aku tidak mengindahkan saran temanku dan aku seakan tuli, tertutup cinta yang makin lama makin membara ini. Sampai suatu liburan, MAs Roy mengajakku ke suatu vila diluar kota, katanya dia sih mau ngecek tempat itu karena akan diadakan acara disana.
“Temenin aku yuk, mumpung bisa keluar kota ma kamu Vit”.ucapnya.
”Mau ya Vita Sayaaaang. . . . . .”
Karena aku dah lama pengen berdua sama Mas Roy seharian, aku turuti saja ajakannya. Aku pamit sama orang tuaku, untuk pergi sama temen2ku ke acara pernikahan temen yang berada di luar kota.
Aku seneng sekali ketika sudah duduk di samping Mas Roy di dalam mobilnya. Mobilnya meluncur arah luar kota dan saat itu aku mengenakan celana ketat dari kain yang cukup tipis berwarna biru sehingga bentuk bokongku yang bulat padat begitu terlihat dan bahkan saking ketatnya CDku sampai kelihatan sekali berbentuk segitiga.
Atasan aku mengenakan baju kaos putih ketat dan polos sehingga bentuk toketku yang membulat terlihat jelas. Dengan kaos yang cukup tipis membuat BH ku yang berwarna merah terlihat jelas sekali.
“Vit, kamu seksi sekali deh pake pakean kaya gitu”.
“Mas suka kan”.
“Suka banget, apalagi kalo kamu gak pake baju Vit”.
“Uuuuh Mas Roy, mulai deh genit, aku turun disini aja deh”.
Aku pura2 merajuk, padahal dalam hati seneng sekali mendengar pujiannya. “Ya udah turun aja he he”,
tertawanya memancing ketika dia mengatakan hal itu, Tetapi mobil tetap melaju kencang.
“Katanya disuruh turun, kok gak minggir”.
“Loncat aja kalo berani”.
“Mas Rooy, iih”, kataku.
Sambil mencubit pinggangnya dengan mesra, dia menggeliat kegelian.
“Jangan dikitikin vita sayyaang.. .., lagi di jalan lho. . ., nanti nabrak gimana??”.
“Habisnya Mas Roy sih. . . , mulai duluan. . “!!
Sepanjang perjalan kami bercanda, sesekali tangannya gantian menggelitiki pinggangku. sehingga aku menggeliat dan kadang tangannya mendarat di pahaku dan mengelus2nya sampe kedeket pangkal pahaku.
Aku menjadi gemetar karena rabaannya. Maklum, Mas Roy pria pertama yang melakukan hal ini.
“Maas Roy”. . . .
Aku hanya melenguh ketika pahaku dielus2 begitu. Karena aku tidak menolak, maka dia meneruskan elusannya dipahaku. Aku menjadi gelisah dan dudukku gak nyaman, ada rasa geli bercampur nikmat dan aku merasa pengen kencing.
“Mas masih jauh ya. . .”.ucapku.
“kenapa Vita sayaaang. . . “. “Vita pengen pipis”.
“Bentar lagi juga sampe kok, Itu bukan pengen pipis biasa Vit”.
“Habis apaan?”
“Pasti kamu terangsang ya karena Mas ngelus2 paha kamu”.
“Ih. . . ..”, kucubit lagi pinggangnya.
Mobilnya sudah masuk ke satu villa. Ada seorang akang-akang yang menyambut di gerbang villa.
Akang adalah orang yang ditugaskan pemilik villa untuk menunggui vlila itu. Aku keluar dari mobil, ikut dengan Maas Roy melihat lokasi.
Villanya tidak terlalu besar tetapi halamannya luas. Dia mulai mengeluarkan catatannya, mengukur sana mengukur sini, mencoret2 di buku catatannya. Kadang dia menanyakan pendapatku tentang satu hal. Aku menjawab sebisaku saja.
Setelah selesai, dia berkata kepada si akang,
“Kang, kami mau menginap di villa ini”.
“Iya, yang punya dah kasih tau bapak, ya silahkan saja Pak. Akang sudah sediakan makanan secukupnya di lemari es, dan kalau mau makan ya silahkan dihangatkan dulu. Soalnya akang mau pulang”. Ucap akang si penjaga villa tsb.
Si akang kemudian meninggalkan kami berdua.
“Vit, kita bulan madu ya”, katanya sambil tersenyum.
Aku jadi berdebar2membayangkan apa yang aka dilakukannya padaku. Aku sering mendengar cerita teman2ku yang sudah pernah berhubungan sex dengan pacar-pacarnya.
Mendengar betapa nikmatnya kalo memek di tusuk-tusuk sama kontol.
Aku jadi gemetar sendiri, aku pengen juga mengalami kenikmatan itu. Pantatku kemudian duduk di sofa, Mas Roy menyusulku segera dan duduk rapat di sampingku.
“Vita sayang” katanya
sambil menggenggam erat dan mesra kedua belah tanganku. Selesai berkata begitu dia mendekatkan mukanya ke wajahku dan dengan cepat dia mengecup bibirku dengan lembut. Hidung kami bersentuhan lembut.
Dia mengulum bibir bawahku, disedot sedikit. Lima detik kemudian, dia melepaskan kecupan bibirnya dari bibirku. Aku saat kukecup tadi memejamkan mata,.
“Aku pengen melakukan itu sama kamu sayang, kamu mau kah. . .?”
Rayuannya lebih lanjut, dia berusaha mengecup bibirku lagi. Namun dengan cepat aku melepaskan tangan kananku dari remasannya dan dadanya kutahan dengan lembut.
“Mass” bisikku lirih.
“Vita sayang, mau ya”, rayunya lagi.
“Tapi mass, aku takut Mas”, jawabku.
“Takut apa sayang, katakanlah”
Bisiknya kembali sambil meraih tanganku.
“Aku takut Mas nanti meninggalkan aku”, bisikku.
Dia menggenggam kuat kedua tanganku lalu secepat kilat dia mengecup bibirku.
“Vita sayangku, aku terus terang tidak bisa menjanjikan apa-apa sama kamu tapi percayalah aku akan membuktikannya kepadamu, aku akan selalu sayang sama kamu”,
bujuknya untuk lebih meyakinkanku.
“Tapi Mas” bisikku masih ragu.
“Vit, percayalah. Apa aku perlu bersumpah sayang, kita memang masih baru beberapa bulan kenal sayang dan percayalah serta yakinlah sayang kalau takdir ini menghendaki kita pasti selalu bersama sayang”, rayunya lagi.
“Lalu kalau aku sampai hamil gimana mass?” ujarku sembari menatapnya.
“Aah, jangan khawatir sayang, aku akan bertanggung jawab semuanya kalau kamu sampai hamil, bagaimana sayang?” bisiknya.
Pikiranku sudah tidak jalan dengan baik, tertutup oleh rayuan gombal mautnya dan rasa ingin merasakan kenikmatan yang makin menggebu dengan kontol Mas Roy.
Tangannya bergerak semakin berani, dengan meremas jari tangan kini mulai meraba ke atas menelusuri dari pergelangan tangan terus ke lengan sampai ke pundak.
Kemudian diremasnya dengan lembut dan dia memandangi toketku dari balik baju kaosku yang ketat,.
“Mas harus janji dulu sebelum…” aku tak melanjutkan ucapanku.
“Sebelum apa vita saaayaaaang, katakanlah”,
Dan Kini jari tangan kanannya mulai semakin nekat menggerayangi pinggulku, ketika jari-jarinya merayap ke belakang diusapnya belahan pantatku lalu diremasnya dengan gemas.
“Aaaaahh… Mas”, aku merintih pelan.
“Mas . . .Mhhhhh. . . . , Mas.. aku rela menyerahkan semuanya asal Mas Roy mau bertanggung jawab nantinya”.
Aku berbisik semakin lemah, saat itu jari tangan kanannya bergerak semakin menggila dan liar yang menyusup ke pangkal pahaku dan mulai menyentuh benjolan memekku.
Di usapnya perlahan dari balik celanaku yang amat ketat, beberapa detik kemudian dia memaksa masuk jari tangannya di selangkanganku dan benjolan memekku.
Dan kemudian telah berada dalam genggaman tangannya. Aku menggelinjang kecil, saat jari tangannya mulai meremas perlahan.
Dia mendekatkan mulutnya kembali ke bibirku hendak mencium, tetapi aku menahan dadanya dengan tangan kananku,
“Eeeehh Mas..berjanjilah dulu ya Mas Roy. . .”bisikku
di antara desahan nafasnya yang mulai sedikit memburu.
“Ouuuuuuh. . . Vita sayang, Mas Roy berjanji untuk bertanggung jawab”.
“Auuuhh. . . . . aku menginginkan keperawananmu sayaaaaaang”, ucapnya.
Sementara jari tangannya yang sedang berada di sela-sela selangkangan pahaku itu meremas benjolan memekku lagi.
” Iyaaa.. . .Mas, aku percaya sama Mas Roy”, bisikku.
“Jadi?” tanyanya.
“Uuuuuhh.. . .. lakukanlah Mas Roy, aku milik Mas Roy sepenuhnya. . . .. mmmhh..” jawabku.
“Really. . .? Ooh. . . Vita sayanggg.”
Secepat kilat bibirku kembali dikecup dan dikulumnya, digigit lembut, disedot. Hidung kami bersentuhan lembut dengan nafas yang terdengar memburu saat dia mengecup dan mengulum bibirku cukup lama.
Dia mempermainkan lidahnya di dalam mulutku, dan aku mulai berani membalas ciumannya dengan menggigit lembut dan mengulum lidahnya dengan bibirku.
Lidah kami bersentuhan lalu dia mengecup dan mengulum bibir atas dan bawahku secara bergantian. Terdengar suara kecapan-kecapan kecil saat bibir kami saling mengecup.
“Aaah . . . . .Vita sayang, kamu pintar sekali dan kamu pernah punya pacar yaaa?” tanyanya curiga. “Mmhhhh. . . aku belum pernah punya pacar Mas.. . “
“Selama ini yang ngajari aku ciuman Mas Roy” sahutku.
“Wah kamu belajarnya cepat seklai ya, jangan-jangan kamu sering nonton film bokep yaa?”ucapnya.
Dan aku tersipu malu dengan wajah yang tiba-tiba kemerahan. Aku menundukkan mukaku karena malu.
” Iyaaa Mas, beberapa kali”, sahutku.
Terus terang sambil tetap menundukkan muka.
“Vita sayang, kamu nggak kecewa kan karena aku benar-benar sangat menginginkan keperawananmu sayang. . .?” tanyanya.
“Aku serahkan sepenuhnya apa yang bisa aku persembahkan buat Mas Roy. Vita rela. . ., lakukanlah Mas kalau Mas benar-benar menginginkannya”, sapaku lirih.
Jarii-jari tangannya yang masih berada di selangkanganku mulai bergerak menekan ke benjolan memekku yang masih aduhai dan virgin. Lalu diusap-usap ke atas dan ke bawah dengan nafsu.
Aku memekik kecil dan mengeluh lirih, kupejamkan mataku rapat-rapat.
Sementara wajahku nampak sedikit berkeringat dan dia meraih kepalaku dalam pelukannya dengan tangan kiri dan dia mencium rambutku.
“Ooouuuh Masss. . ..”, bisikku lirih.
“Enaak sayang diusap-usap begini”, tanyanya.
“Mhh… iiyyaa Mas Roy. . .”, bisikku polos. Jari-jarinya kini bukan cuma mengusap tapi mulai meremas bukit memekku dengan sangat gemas.
“sakit Mas aawww”
aku memekik kecil dan pinggulku menggelinjang keras.
Kedua pahaku yang tadi menjepit pergelangan tangan kanannya kurenggangkan. Dia mengangkat wajah dan daguku kearahnya, sambil merengkuh tubuhku agar lebih merapat ke badannya lalu kembali dia mengecup dan mencumbu bibirku dengan bernafsu.
Puas mengusap-usap bukit memekku, kini jari tangan kanannya bergerak merayap ke atas, mulai dari pangkal paha terus ke atas menelusuri pinggang sampai ujung jari-jarinya berada di bagian bawah toketku yang sebelah kiri.
Dia mengelus perlahan, di situlah mulai mendaki perlahan, akhirnya jari tangannya seketika meremas kuat toketku dengan gemasnya. Seketika itu pula aku melepaskan bibirku dari kuluman bibirnya.
“Aauuuwww… Mas . . . Atiiit. . .. , jangan keras-keras dong meremasnya”, protesku.
Kini secara bergantian jari tangannya meremas kedua toketku dengan lebih lembut. Aku menatapnya dan membiarkan tangannya menjamah dan meremas-remas kedua toketku.
“Auuggghh.. . . ..”
Tiba2 dia menjerit lumayan keras dan meloncat berdiri. Saat aku yang sedang menikmati remasan pada toketku jadi ikutan kaget.
“Eeehh kenapa Mas?”ucapku.
“Aarrrghh anu sayang… kontolku sakit nih. . .” sahutnya.
Dengan buru-buru membuka celana panjangnya di hadapanku dan aku tak menyangka dia berbuat demikian hanya memandangnya dengan terbelalak kaget.
Kemudian dia membuka sekalian CD ku dan
“WOOOOOOW. . . . .”,
Kontolnya yang sudah tegang itu langsung mencotot dan mengacung keluar mengangguk-anggukan kepalanya naik turun .
“Aauuwww… Mas Roy. . GEDE BANGET. . .”,
aku menjerit kecil sambil memalingkan mukaku ke samping dan menutup mukaku dengan tangan.
“He…he…”
Dia mengakak geli, batang kontolnya sudah kelihatan tegang berat, urat-urat di permukaan kontolnya sampai menonjol keluar semua. Batang kontolnya bentuknya montok, berurat, dan besar.
Sementara aku masih menutup muka tanpa bersuara dan dia mengocok kontolnya dengan tangan kanannya.
“Uuuaahh…nikmatnya. . .”.
“Vita sayaang sebentar yaa… aku mau cuci kontolku dulu yaa… “.
Katanya sambil ngibrit ke belakang dengan kontolnya yang sedang
“ON FIRE” tegang itu
jadi terpontang-panting sambil mengangguk-anggukkan kepala kontolnya kesana kemari. Saat dia menuju kamar mandi,
aku masih terduduk di atas sofa dan begitu melihatnya keluar menuju ke arahku tanpa celana jadi aku terkejut lagi saat melihat kontolnya yang sedang tegang bergerak manggut-manggut naik turun.
“Aauuwww…” teriakku
kembali sembari menutup mukaku dengan kedua jari tanganku.
“lhoo. . . Vita takut apa sih, kok mukanya ditutup begitu”, tanyanya geli.
“Itu Mas, kontol Mas. . .”, sahutku lirih.
“Lhoo… katanya sudah sering nonton Bokep kok masih takut. . ?”.
“Kamu kan pasti sudah lihat di film itu kalau kontol cowok itu bentuknya gini”. sahutnya geli.
“Iya…Mas. . , tapi kontol Mas gede bangeeeeet”, sahutku.
Masih sambil menutup muka.
“Yaach… ini sih kecil dibanding di film nggak ada apa-apanya. Seperti di film barat dengan kontol mereka jauh lebih gedeeeeee… “sahutnya.
“Kalau kontolku kan ukuran orang pribumi asli Vita sayang. . . ??” sahutnya.
“Sini dong kontolku kamu pegang pegang ya Sayang, ini kan milik kamu juga”, sahutnya nakal.
“Uhhhh… malu aah Mas. . .”
“Hmmmm. . .kok malu-malu sih sayang. . . , aku yang telanjang aja nggak malu sama kamu, masa kamu yang masih pakaian lengkap malu”. Sahutnya.
“Ayo dong sayang kontol Mas dipegang biar kamu bisa merasakan nya sendiri”, sahutnya.
Sembari meraih kedua tanganku yang masih menutupi mukaku. Pada mulanya aku menolak sambil memalingkan wajahku ke samping, namun setelah dirayu-rayu akhirnya aku tergoda.
Kedua tanganku dibimbingnya ke arah selangkangannya, namun kedua mataku masih kupejamkan rapat dan Jari kedua tanganku mulai menyentuh kepala kontolnya yang sedang ngaceng.
Mulanya jari tanganku hendak kutarik lagi saat menyentuh kontolnya yang ngaceng namun karena dia memegang kedua tanganku dengan kuat dan memaksanya untuk memegang kontolnya itu.
Kemudian aku hanya menurut saja, saat pertama kali aku hanya mau memegang dengan kedua jari-jariku.
“Aah… terus sayang pegang erat dengan kedua tanganmu”, dengan nafsu nafsu.
“Iiih… keras sekali Mas”, bisikku.
Sambil tetap memejamkan mata.
“Iya sayang, itu tandanya aku sedang ngaceng sayang, ayo dong digenggam dengan kedua tanganmu, aauuuhh…”.
Dia mengerang kenikmatan, saat aku menggenggam dan meremas kuat. Aku terpekik kaget, “haaah sakit ya Mas Roy…” tanyaku.
Aku menatapnya gugup.
“Ooouhh jangan dilepas sayang, remas seperti tadi , cepat yasayang oouuuhh…” erangnya lirih.
yang semula gugup, menjadi mengerti dan jari kedua tanganku yang tadi sedikit merenggang kini bergerak dan meremas kontolnya dengan kuatnya.
Dia melenguh nikmat, dan aku kini sudah berani menatap kontolnya yang kini sedang kuremas- remas. Kedua jari tanganku itu secara bergantian meremas batang dan kepala kontolnya.
Jari kiri berada di atas kepala kontolnya sedang jari yang kanan meremas kontolnya. Dia hanya bisa melenguh panjang pendek.
“MMhhhh. . …Vita saayaang… terusss sayang, yeaaachh… ohh…ssshh”,
lenguhnya keenakan. Aku memandangnya sambil tersenyum dan mulai mengusap-usap maju mundur, setelah itu kugenggam dan kuremas seperti semula tetapi kemudian aku mulai memompa dan mengocok kontolnya itu maju mundur.
” Aarrkkkhh… ssshh” dia menggelinjang menahan nikmat.
Aku semakin bersemangat melihatnya merasakan kenikmatan, kedua tanganku bergerak makin cepat maju mundur ngocok-ngocok kontolnya.
Dia semakin tak terkontrol,
“Vit… aahhrrgghh… sshh…awas pejoohku mau keluarr” teriaknya keras.
Aku meloncat berdiri saat dia mengatakan kalimat itu. Dan aku melepaskan remasan tanganku dan berdiri ke sebelahnya. Sementara pandangan mataku tetap ke arah kontolnya yang baru kukocok
. “Kamu kok lari sih…” bisiknya lirih disisiku.
“Tadi katanya pejohnya mau keluar mass… kok nggak jadi?” tanyaku polos.
Rupanya dia gak mau ngejrrrooooot karena aku kocok makanya dia bilang pejohnya mau keluar. Dia meraih tubuhku yang berada di sampingnya dan dipeluknya dengan gemas.
Dan aku menggelinjang saat dia merapatkan badannya ke tubuhku sehingga toketku yang kenyal montok menekan dadanya yang bidang. Aku merangkulkan kedua lenganku ke lehernya, dan tiba-tiba dia mengecup bibirku dengan mesra.
Kemudian dilumatnya bibirku sampai aku megap-megap kehabisan napas. Terasa kontolnya yang masih full ngaceng itu menekan kuat bagian pusarku, karena memang tubuhnya lebih tinggi dariku.
Sementara bibir kami bertautan mesra, jari tangannya mulai menggerayangi bagian tubuh bawaah. Selama beberapa detik kemudian kedua jari tangannya telah berada di atas bulatan kedua belah bokongku.
Diremasnya dengan gemas, jari-jarinya bergerak memutar di bokongku. Aku merintih dan mengerang kecil dalam cumbuannya. Lalu dia merapatkan bagian bawah tubuhnya ke depan sehingga mau tak mau kontolnya yang tetap tegang itu jadi terdesak perutku lalu menghadap ke atas.
Aku diam saja dan dia mulai menggesek-gesekkan kontolnya yang tegang itu di perutku. Namun baru juga 10 detik aku melepaskan ciuman dan pelukannya dan tertawa-tawa kecil,.
“Kamu apaan sih kok ketawa”, tanyanya heran.
“Abisnya… Mas sih,kan aku geli digesekin kaya gitu”, sahutku,
Sambil terus tertawa kecil, dia segera merengkuh tubuhku kembali ke dalam pelukannya dan aku tak menolak saat dia menyuruhku untuk meremas kontolnya seperti tadi.
Segera jari tangan kananku mengusap dan mengelus-elus kontolnya dan sesekali kuremas. Dia menggelinjang nikmat.
“Aarrrgghh… Vit… terus sayang…” bisiknya mesra.
Wajah kami saling berdekatan dan aku memandang wajahnya yang sedang meringis menahan rasa nikmat.
“Enaak ya mass…” bisikku mesra.
Jari tanganku semakin gemas saja mempermainkan kontolnya bahkan mulai kukocok seperti tadi. Dia melepaskan kecupan dan pelukanku.
“Gerah nih sayang, aku buka baju dulu yaah sayang”, katanya
sambil terus mencopot kancing kemejanya satu persatu lalu dilemparkan sekenanya ke samping. Kini dia benar-benar polos dan telanjang bulat di hadapankudan aku masih tetap mengocok kontolnya maju mundur.
“Sayang… kamu suka yaa sama kontolku”, katanya.
Sambil tetap mengocok kontolnya aku menjawab dengan polos. Ssuka sih Mas… habis kontol Mas lucu juga, keras banget Mas kayak “tongkat pramuka”, ujarku tanpa malu-malu lagi.
“Lucu apanya sih?” tanyanya.
Aku memandangnya sambil tersenyum “Pokoknya lucu aja. . “,
bisikku lirih tanpa penjelasan. ”
Gitu yaa… kalau memek kamu seperti apa yaa… aku pengen liat dong”, katanya.
Aku mendelik sambil melepaskan tanganku dari kontolnya.
“Mas . . Uhh…” sahutku malu-malu.
“Ayo, aku sudah kepengen ngerasain nih… aku buka ya celana kamu”, katanya lagi.
Dengan cepat dia berjongkok di depanku, kedua tangannya meraih pinggulku dan didekatkan ke arahnya.
Pada mulanya aku agak memberontak dan menolak tangannya namun begitu aku memandang wajahnya yang tersenyum padaku kemudian aku hanya pasrah saat jari kedua tangannya mulai mejelajah mencari resleting celana ketatku.
Wajahnya persis di depan selangkanganku sehingga dia dapat melihat gundukan bukit memekku dari balik celana ketatku.
Dia semakin tak sabar, dan begitu menemukan resleting Segera ditariknya ke bawah sampai terbuka, kebetulan aku tak memakai sabuk sehingga dengan mudah dia meloloskan dan memplorotkan celanaku sampai ke bawah.
Sementara pandangannya tak pernah lepas dari selangkanganku, dan kini terpampanglah di depannya CDku yang berwarna putih bersih itu tampak sedikit menonjol di tengahnya.
Terlihat dari CDku yang cukup tipis itu ada warna kehitaman, jembutku.
Waahh… dia memandang ke atas dan aku menatapnya sambil tetap tersenyum.
“Aku buka ya.. CDnya”, tanyanya.
Aku hanya menganggukan kepala perlahan. Dengan gemetar jari kedua tangannya kembali merayap ke atas menelusuri dari kedua betisku terus ke atas sampai kedua belah paha, dia mengusap perlahan dan mulai meremas.
“Oooh…Mas Roy”
aku merintih kecil. kemudian jari kedua tangannya merayap ke belakang kebelahan bokongku yang bulat. Dia meremas gemas disitu.
Ketika jari tangannya menyentuh tali karet CDku yang bagian atas, sreeet… secepat kilat ditariknya ke bawah CDku itu dengan gemas dan kini terpampanglah sudah daerah ‘forbidden’ ku.
Menggembung membentuk seperti sebuah gundukan bukit kecil mulai dari bawah pusarku sampai ke bawah di antara kedua belah pangkal pahaku, sementara di bagian tengah gundukan bukit memekku terbelah membentuk sebuah bibir tebal yang mengarah ke bawah dan masih tertutup rapat menutupi celah liang memekku.
Dan di sekitar situ ada jembut yang cukup lebat.
“Oohh.. Vit, indahnya…”
Hanya kalimat itu yang sanggup diucapkan saat itu. Dia mendongak ketika aku sedang membuka baju kaosku, setelah melemparkan kaos sekenanya kedua tanganku lalu menekuk ke belakang punggungnya hendak membuka BH ku dan BH itupun terlepas jatuh di Wajahnya.
Selanjutnya aku melepas juga celana dan CD ku yang masih tersangkut di mata kakiku, lalu sambil tetap berdiri di depannya, aku tersenyum manis kepadanya, walaupun wajahku sedikit memerah karena malu.
Toketku berbentuk bulat seperti buah apel, besarnya kira-kira sebesar dua kali bola tenis, warnanya putih bersih hanya pentil kecilnya saja yang tampak berwarna merah muda kecoklatan.
“kamu cantik sekali sayang”, bisiknya lirih.
Aku mengulurkan kedua tanganku kepadanya mengajaknya berdiri lagi.
“Mas Roy… aku sudah siap, aku sayang sama Mas, aku akan serahkan semuanya seperti yang Mas inginkan”, bisikku mesra.
Dia merangkul tubuhku yang telanjang. Badanku seperti kesetrum saat kulitku menyentuh kulit nya, kedua toketku yang bulat menekan lembut dadanya yang bidang.
Jari tangannya tergetar saat mengusap punggungku yang telanjang,
“Aahh.. Vit kita ngeseks dikamar yuk. Aku sudah kepingin ngeseks sayang”, bisiknya tanpa malu-malu lagi.
Aku hanya tersenyum dalam pelukannya.
“Terserah Mas saja, mau ngeseks dimana”, sahutku mesra.
Dengan penuh nafsu dia segera meraih tubuhku dan digendongnya ke dalam kamar. Direbahkannya tubuhku yang telanjang bulat itu di atas kasur busa di dalam kamar tengah, tempat tidur itu tak terlalu besar, untuk 2 orang pun harus berdempetan.
Suasana dalam kamar kelihatan gelap karena semua gorden tertutup, gorden yang berada dalam kamar ini sama sekali tidak menghadap ke jalan umum namun menghadap ke kebun di belakang.
Dia segera membuka gorden agar sinar matahari sore dapat masuk, dan benar saja begitu disibakkan sinar matahari dari arah barat langsung menerangi seluruh isi kamar.
Dia memandangi tubuhku yang telanjang bulat di ranjang. Segera dia menaiki ranjang, aku memandangnya sambil tersenyum.
Dia merayap ke atas tubuhku yang bugil dan menindihnya, sepertinya dia sudah tak sabar ingin segera memasuki memekku.
“Buka pahamu sayang, aku ingin mengen totimu sekarang”, bisiknya bernafsu.
“Mas Roy…”
aku hanya melenguh pasrah saat dia setengah menindih tubuhku dan kontolku yang tegang itu mulai menusuk celah memekku, tangannya tergetar saat membimbing kontolnya mengelus memekku lalu menelusup di antara kedua bibir memekku.
“Sayang, aku masukkan yaah… kalau sakit bilang sayang.. kamu kan masih perawan.”
“Pelan-pelan Mas”, bisikku pasrah.
Lalu dengan jari tangan kanannya diarahkannya kepala kontolnya ke memekku.
Aku memeluk pinggangnya mesra, sementara dia mencari liang memekku di antara belahan bukit memekku. Dia mencoba untuk menelusup celah bibir memekku bagian atas namun setelah ditekan ternyata jalan buntu.
“Agak ke bawah Mas, aahh kurang ke bawah lagi Mas… mm.. yah tekan di situ Mas… aawww pelan-pelan Mas sakiiit”,
aku memekik kecil dan menggeliat kesakitan.
Kemudian dia berhasil menemukan celah memekku itu setelah aku menuntunnya, diapun mulai menekan ke bawah, kepala kontolnya dipaksanya untuk menelusup ke dalam liang memekku yang sempit.
Dia mengecup bibir ku sekilas lalu berkonsentrasi kembali untuk segera dapat membenamkan kontolnya seluruhnya ke dalam liang memekku.
Aku mulai merintih dan memekik-mekik kecil ketika kepala kontolnya yang besar mulai berhasil menerobos liang memekku yang sangat-sangat sempit sekali.
“Tahan sayang…aku masukkan lagi, sempit sekali sayang aahh”, erangnya.
Mulai merasakan kenikmatan dan kurasakan kepala kontolnya berhasil masuk dan terjepit ketat sekali dalam liang memekku.
“Aauuuuwwww…. Mas Roy sakiit…” teriakku memelas,.
Tubuhku menggeliat kesakitan dan dia berusaha menentramkan aku sambil mengecup mesra bibirku dan dilumat dengan perlahan.
Kemudian
“Tahan sayang, baru kepalanya yang masuk sayang, aku tekan lagi yaacchh”, bisiknya.
Tiba2 dia mencabut kembali kontolnya yang baru masuk kepalanya saja itu dengan perlahan.
“Ah… sayang, aku masukin nanti saja deh, liang memekmu masih sangat sempit dan kering sayang”. “memekku sakit Mas”, erangku lirih.
“Yahh… aku tahu sayang kamu kan masih perawan, kita bercumbu dulu sayang, aku kepingin melihat kamu nyampe”, bisiknya bernafsu.
Segera dia merebahkan badannya di atas tubuhku dan dipeluknya dengan kasih sayang,
“Vita… hh.. bagaimana perasaanmu sayang”, bisiknya mesra.
Aku memandangnya dan tertawa renyah.
“mm… aku bahagia sekali bersama Mas seperti ini, rasanya nikmat ya Mas berpelukan sambil telanjang kaya gini”, ujarku polos.
“Iyaa sayang, anggaplah aku suamimu saat ini sayang”, bisiknya nakal.
“Iih.. Mas, Mas cumbui isterimu dong, beri istrimu kenik…mmbhh”,
belum sempat aku selesai ngomong, dia sudah melumat bibirku. Aku membalas ciumannya dan melumat bibirnya dengan mesra.
Dia menjulurkan lidahnya ke dalam mulutku dan aku langsung mengulumnya hangat, begitu sebaliknya.
Jari tangan kirinya merayap ke bawah menelusuri sambil mengusap tubuhku mulai pundak terus ke bawah sampai ke pinggul dan diremasnya dengan gemas.
Ketika tangannya bergerak kebelakang ke bulatan bokongku, dia mulai menggoyangkan seluruh badannya menggesek tubuhku yang bugil terutama pada bagian selangkangan dimana kontolnya yang sedang tegang-tegangnya menekan gundukan bukit memekku.
Dia menggerakkan pinggulnya secara memutar sambil menggesek-gesekkan batang kontolnya di permukaan bibir memekku sambil sesekali ditekan-tekan.
Aku ikut-ikutan menggelinjang kegelian, beberapa kali kepala kontolnya yang tegang salah sasaran memasuki belahan bibir memekku seolah akan menembus liang memekku lagi.
Aku hanya merintih kesakitan dan memekik kecil,.
“Aauwwww… Mas saakiit”, erangku.
“Aahh.. Vit… memekmu empuk sekali sayang, ssshh”, dia melenguh keenakan.
Beberapa menit kemudian setelah kami puas bercumbu bibir, dia menggeser tubuhnya kebawah sampai Wajahnya tepat berada di atas kedua bulatan toketku, kini ganti perutnya yang menekan memekku.
Jari kedua tangannya secara bersamaan mulai menggerayangi tetek milikku, dia mulai menggesekkan ujung-ujung jari-jarinya mulai dari bawah toketku di atas perut terus menuju gumpalan kedua toketku yang kenyal dan montok.
Aku merintih dan menggelinjang antara geli dan nikmat.
“Mas Roy, geli”, erangku lirih.
Beberapa saat dia mempermainkan kedua pentilku yang kemerahan dengan ujung jari-jarinya. Aku menggelinjang lagi, dipuntirnya sedikit pentilku dengan lembut.
” Mas…”
aku semakin mendesah tak karuan. Secara bersamaan kemudian dia meremas-remas gemas kedua toketku dengan sepenuh nafsu.
“Aawww…Mas”,
aku mengerang dan kedua tanganku memegangi kain sprei dengan kuat.
Dia semakin menggila tak puas meremas lalu mulutnya mulai menjilati kedua toketku secara bergantian.
Lidahnya menjilati seluruh permukaan toketku itu sampai b
asah, mulai dari toket yang kiri lalu berpindah ke toket yang kanan, digigit-gigitnya pentilku secara bergantian sambil diremas-remas dengan gemas sampai aku berteriak-teriak kesakitan.
Lima menit kemudian lidahnya bukan saja menjilati kini mulutnya mulai beraksi menghisap kedua pentilku sekuat-kuatnya.
Dia tak peduli aku menjerit dan menggeliat kesana-kemari, sesekali kedua jari tanganku memegang dan meremasi rambutnya, sementara kedua tangannya tetap mencengkeram dan meremasi kedua toketku bergantian sambil menghisap-hisap pentilnya.
Bibir dan lidahnya dengan sangat rakus mengecup, mengulum dan menghisap kedua toketku. Di dalam mulutnya pentilku dipilin dengan lidahnya sambil terus dihisap.
Aku hanya bisa mendesis, mengerang, dan beberapa kali memekik kuat ketika giginya menggigiti pentilku dengan gemas, hingga tak heran kalau di beberapa tempat di kedua bulatan toketku itu nampak berwarna kemerahan bekas hisapan dan garis-garis kecil bekas gigitannya.
Cukup lama dia mengemut toketku, setelah itu bibir dan lidahnya kini merayap menurun ke bawah. Ketika lidahnya bermain di atas pusarku, aku mulai mengerang-erang kecil keenakan, dia mengecup dan membasahi seluruh perutku.
Ketika dia bergeser ke bawah lagi dengan cepat lidah dan bibirnya telah berada di atas gundukan bukit memekku.
“Buka pahamu Vit..” teriaknya tak sabar,
posisi pahaku yang kurang membuka itu membuatnya kurang leluasa untuk mencumbu memekku itu.
“Oooh… Mas Roys”, aku hanya merintih lirih.
Dia membetulkan posisinya di atas selangkangan ku. Aku membuka ke dua belah pahaku lebar-lebar, aku sudah sangat terangsang sekali. Kedua tanganku masih tetap memegangi kain sprei, aku kelihatan tegang sekali.
“Sayang… jangan tegang begitu dong sayang”, katanya mesra.
“Lampiaskan saja perasaanmu, jangan takut kalau Vita merasa nikmat, teriak saja sayang biar puass….” katanya selanjutnya.
Sambil memejamkan mata aku berkata lirih. “Iya Mas Roy eenaak sih Mas Roy”, kataku polos.
Dia memandangi memekku yang sudah ditumbuhi jembut namun kulit dimemekku dan sekitarnya itu tidak tampak keriput sedikitpun, masih kelihatan halus dan kencang.
Bibir memekku kelihatan gemuk dan padat berwarna putih sedikit kecoklatan, sedangkan celah sempit yang berada di antara kedua bibir memekku itu tertutup rapat.
“MAs… ngapain sih kok ngelamun, bau yaa Mas?” tanyaku sambil tersenyum.
Wajahku sedikit kusut dan berkeringat.
“abisnya memekmu lucu sih, bau lagi”, balasnya nakal
. “Iiihh… jahat”,
Belum habis berkata begitu aku memegang kepalanya dan mengucek-ucek rambutnya. Dia tertawa geli. Selanjutnya aku menekan kepalanya ke bawah, sontak Wajahnya terutama hidung dan bibirnya langsung nyosor menekan memekku, hidungnya menyelip di antara kedua bibir memekku.
Bibirnya mengecup bagian bawah bibir memekku dengan bernafsu, sementara jari kedua tangannya merayap ke balik pahaku dan meremas bokongku yang bundar dengan gemas.
Dia mulai mencumbui bibir memekku yang tebal itu secara bergantian seperti kalau dia mencium bibirku. Puas mengecup dan mengulum bibir bagian atas, dia berpindah untuk mengecup dan mengulum bibir memekku bagian bawah.
Karena ulahnya aku sampai menjerit-jerit karena nikmatnya, tubuhku menggeliat hebat dan terkadang meregang kencang, beberapa kali kedua pahaku sampai menjepit kepalanya yang lagi asyik masyuk bercumbu dengan bibir memekku.
Dia memegangi kedua belah bokongku yang sudah berkeringat agar tidak bergerak terlalu banyak, sepertinya dia tak rela melepaskan pagutan bibirnya pada bibir memekku. aku mengerang-erang dan tak jarang memekik cukup kuat saking nikmatnya.
Kedua tanganku meremasi rambutnya sampai kacau, sambil menggoyang-goyangkan pinggulku.
Kadang pantat kunaikkan sambil mengejan nikmat atau kadang kugoyangkan memutar seirama dengan jilatan lidahnya pada seluruh permukaan memekku.
aku berteriak makin keras, dan terkadang seperti orang menangis saking tak kuatnya menahan kenikmatan yang diciptakannya pada memekku.
Tubuhku menggeliat hebat, kepalaku bergerak ke kiri dan ke kanan dengan cepat, sambil mengerang tak karuan.
Dia semakin bersemangat melihat tingkahku, mulutnya semakin buas, dengan nafas setengah memburu disibakkannya bibir memekku dengan jari tangan kanannya,
terlihat daging berwarna merah muda yang basah oleh air liurnya bercampur dengan cairan lendirku, agak sebelah bawah terlihat celah liang memekku yang amat sangat kecil dan berwarna kemerahan pula.
Dia mencoba untuk membuka bibir memekku agak lebar, namun aku memekik kecil karena sakit.
“aawww Mas Roy.. sakiit”, pekikku kesakitan.
“maaf sayang, sakit yaa…” bisiknya khawatir.
Dia mengusap dengan lembut bibir memekku agar sakitnya hilang, sebentar kemudian lalu disibakkan kembali pelan-pelan bibir memekku,
celah merahnya kembali terlihat, agak ke atas dari liang memekku yang sempit itu ada tonjolan daging kecil sebesar kacang hijau yang juga berwarna kemerahan, inilah itil, bagian paling sensitif dari memek wanita.
Lalu secepat kilat dengan rakus lidahnya dijulurkan sekuatnya keluar dan mulai menyentil-nyentil daging itilku. Aku memekik sangat keras sambil menyentak-nyentakkan kedua kakiku ke bawah.
Aku mengejang hebat, pinggulku bergerak liar dan kaku, sehingga jilatannya pada itilku jadi luput. Dengan gemas dia memegang kuat-kuat kedua belah pahaku lalu kembali menempelkan bibir dan hidungnya di atas celah kedua bibir memekku,
dia menjulurkan lidahnya keluar sepanjang mungkin lalu ditelusupkannya lidahnya menembus jepitan bibir memekku dan kembali menyentil nikmat itilku.
aku memekik tertahan dan tubuhku kembali mengejan sambil menghentak-hentakkan kedua kakiku, pantat ku angkat ke atas sehingga lidahnya memasuki celah bibir memekku lebih dalam dan menyentil-nyentil itilku.
Begitu singkat karena tak sampai 3 menit aku terisak menangis dan ada semburan lemah dari dalam liang memekku berupa cairan hangat agak kental banyak sekali.
Dia masih menyentil itilku beberapa saat sampai tubuhku terkulai lemah dan kemudian pantatku pun jatuh kembali ke kasur.
Aku melenguh panjang pendek meresapi kenikmatan yang baru kurasakan, sementara dia masih menyedot sisa-sisa lendir yang keluar ketika aku nyampe. Seluruh selangkanganku tampak basah penuh air liur bercampur lendir yang kental.
Dia menjilati seluruh permukaan memekku sampai agak kering,
“Sayaang… puas kan…” bisiknya lembut namun aku sama sekali tak menjawab, mataku terpejam rapat namun mulutku tersenyum bahagia.
“Giliranku sayang, aku mau masuk nih… tahan sakitnya sayang”, bisiknya lagi tanpa menunggu jawabannya.
Dia segera bangkit dan duduk setengah berlutut di atas tubuhku yang telanjang berkeringat. Toketku penuh lukisan hasil karyanya.
Dengan agak kasar dia menarik kakiku ke atas dan ditumpangkannya kedua pahaku pada pangkal pahanya sehingga kini selangkanganku menjadi terbuka lebar.
Dia menarik bokongku ke arahnya sehingga kontolnya langsung menempel di atas memekku yang masih basah. Dia mengusap-usapkan kepala kontolnya pada kedua belah bibir memekku dan lalu beberapa saat kemudian dengan nakal kontolnya ditepuk-tepukkan dengan gemas ke memekku.
Aku menggeliat manja dan tertawa kecil,
“Mas… iiih.. gelii.. aah”, jeritku manja.
“Sayaang, kontolku mau masuk nih… tahan yaa sakitnya”, bisiknya nakal penuh nafsu.
“Iiihh… jangan kasar ya Mas Roy… pelan-pelan saja masukinnya, aku takut sakiit”, sahutku polos penuh kepasrahan.
Sedikit disibakkannya bibir memekku dengan jari kirinya, lalu diarahkannya kepala kontolnya yang besar ke liang memekku yang sempit.
Dia mulai menekan dan aku pun meringis, dia tekan lagi… kemudian perlahan-lahan mili demi mili liang memekku itu membesar dan mulai menerima kehadiran kepala kontolnya. Aku menggigit bibir.
Dia melepaskan jari tangannya dari bibir memekku dan plekk… bibir memekku langsung menjepit nikmat kepala kontolnya.
“Tahan sayang…” bisiknya bernafsu.
Aku hanya mengangguk pelan, mata lalu kupejamkan rapat-rapat dan kedua tanganku kembali memegangi kain sprei.
Dia agak membungkukkan badannya ke depan agar pantatnya bisa lebih leluasa untuk menekan ke bawah.
Dia memajukan pinggulnya dan kemudian kepala kontolnya mulai tenggelam di dalam liang memekku. Dia kembali menekan, dan aku mulai menjerit kesakitan.
Dia tak peduli, mili demi mili kontolnya secara pasti terus melesak ke dalam liang memekku dan tiba-tiba setelah masuk sekitar 4 centi seperti ada selaput lunak yang menghalangi kepala kontolnya untuk terus masuk, dia terus menekan dan aku melengking keras sekali lalu menangis terisak-isak. selaput daraku robek.
Dia terus menekan kontolnya, ngotot terus memaksa memasuki liang memekku yang luar biasa sempit itu. Dia memegang pinggulku, dan ditariknya kearahnya kontolnya masuk makin ke dalam,
Aku terus menangis terisak-isak kesakitan, sementara dia sendiri malah merem melek keenakan. Dan dia menghentak keras ke bawah, dengan cepat kontolnya mendesak masuk liang memekku. dia mengerang nikmat.
Dihentakkan lagi pantatnya ke bawah dan kemudian kontolnya secara sempurna telah tenggelam sampai kandas terjepit di antara bibir memekku. dia berteriak keras saking nikmatnya, matanya mendelik menahan jepitan ketat memekku yang luar biasa.
Sementara aku hanya memekik kecil lalu memandangnya sayu.
“Mas Roy… aku sudah nggak perawan lagi sekarang”, bisikku lirih.
Kami sama-sama tersenyum. Direbahkannya badannya di atas tubuhku yang telanjang, aku memeluknya penuh kasih sayang, toketku kembali menekan dadanya.
Memekku menjepit meremas kuat kontolnya yang sudah amblas semuanya. Kami saling berpandangan mesra,dia mengusap mesra wajahku yang masih menahan sakit menerima sodokan kontolnya.
“Mas… bagaimana rasanya”, bisikku mulai mesra kembali,
walaupun sesekali kadang aku menggigit bibir menahan sakit.
“Enaak sayang.. dan nikmaat… oouhh aku nggak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata sayang… selangit pokoknya”, bisiknya.
“MAs, bagaimana kalau aku sampai hamil?” bisikku sambil tetap tersenyum.
“Oke…nanti setelah ngentoot kita cari obat di apotik, obat anti hamil”, bisiknya gemas.
“Iihh… nakal…” sahutku sambil kembali mencubit pipinya.
“Biariin…”
“Maasss…” aku agak berteriak.
“Apaan sih…” tanyanya kaget.
Lalu sambil agak bersemu merah dipipi aku berkata lirih.
“Di genjot dong…” bisikku hampir tak terdengar.
“Iiih kamu kebanyakan nonton film porno, kan memeknya masih sakiit”, jawabnya.
“Pokoknya, di genjooot dong Mas…” sahutku manja.
Dia mencium bibirku dengan bernafsu, dan akupun membalas dengan tak kalah bernafsu. Kami saling berpagutan lama sekali,
lalu sambil tetap begitu dia mulai menggoyang pinggul naik turun. kontolnya mulai menggesek liang memekku dengan kasar, pinggulnya menghunjam-hunjam dengan cepat mengeluar masukkan kontolnya yang tegang.
Aku memeluk punggungnya dengan kuat, ujung jari tanganku menekan punggungnya dengan keras. Kukuku terasa menembus kulitnya.
Tapi dia tak peduli, dia sedang mengentoti dan menikmati tubuhku. Aku merintih dan memekik kesakitan dalam cumbuannya. Beberapa kali aku sempat menggigit bibirnya, namun itupun dia tak peduli.
Dia hanya merasakan betapa liang memekku yang hangat dan lembut itu menjepit sangat ketat kontolnya. Ketika ditarik keluar terasa daging memekku seolah mencengkeram kuat kontolnya, sehingga terasa ikut keluar. Aku melepaskan ciumannya dan mencubit pinggangnya.
“Auuuwww… aduuh Mas Roy… sakit … . ngilu Mas” aku berteriak kesakitan.
“Maaf sayang… aku mainnya kasar yaah? aku nggak tahan lagi sayang aahhgghghh”, bisiknya. “pejuhku mau keluar.
desahnya sambil menyemprotkan peju yang banyak di liang memekku. Kami pun berpelukan puas atas kejadian tersebut. Dan tanpa terasa kami ketiduran sambil berpelukan telanjang bulat karena kecapaian dalam permainan tadi.
Kami tidur dua jam lamanya lalu kami berdua mandi bersama. Di dalam kamar mandi kami saling membersihkan dan berciuman. Dia minta aku jongkok. Dia mengajariku untuk menjilati serta mengulum kontolnya yang sudah tegak berdiri.
Kontolnya kukulum sambil mengocoknya pelan-pelan naik turun.
“Enak banget yang, kamu cepet ya belajarnya. Terus diemut yang”, erangnya.
Kemudian giliran dia, aku disuruhnya berdiri sambil kaki satunya ditumpangkan di bibir bathtub agar siap mendapat serangan oralnya.
Dia menyerang selangkanganku dengan lidah yang menari-nari kesana kemari pada itilku sehingga aku mengerang sambil memegang kepalanya untuk menenggelamkannya lebih dalam ke memekku.
Dia tahu apa yang kumau, lalu dijulurkannya lidahnya lebih dalam ke memekku sambil mengorek-korek itilku dengan jari manisnya. Semakin hebat rangsangan yang aku rasakan sampai aku nyampe, dengan derasnya lendirku keluar tanpa bisa dibendung.
Dia menjilati dan menelan semua lendirku itu tanpa merasa jijik.
“Mas, nikmat banget deh, aku sampe lemes”, kataku.
“Ya udah kamu istirahat aja, aku mau ngangetin makanan dulu ya”, katanya.
.Aku berbaring di ranjang, ngantuk sampe ketiduran lagi. DIa membangunkanku dan mengajakku makan nasi padang yang sudah disiapkannya.
“Vit, malem ini kita tidur disini aja ya, aku masih pengen ngerasain peretnya memekmu lagi. Kamu mau kan kita ngen tot lagi”, katanya sambil membelai pipiku.
“Aku nurut aja apa yang mas mau, aku kan udah punyanya mas”, jawabku pasrah.
Sehabis makan langsung Aku dibawanya lagi keranjang, dan direbahkan. Kami langsung berpagutan lagi, aku sangat bernapsu meladeni ciumannya.
Dia mencium bibirku, kemudian lidahnya menjalar menuju ke toketku dan dikulumnya pentilku. Terus menuju keperut dan dia menjilati pusarku hingga aku menggelepar menerima rangsangan itu yang terasa nikmat.
“Mas enak sekali..” nafasku terengah2. Lumatannya terus dilanjutkannya pada itilku. Itilku dijilatinya, dikulum2, sehingga aku semakin terangsang hebat.
Pantatku kuangkat supaya lebih dekat lagi kemulutnya. Diapun merespons hal itu dengan memainkan lidahnya ke dalam memekku yang sudah dibukanya sedikit dengan jari. Ketika responsku sudah hampir mencapai puncak, dia menghentikannya.
Dia ganti dengan posisi 69. Dia telentang dan minta aku telungkup diatas tubuhnya tapi kepalaku ke arah kontolnya.
Dia minta aku untuk kembali menjilati kepala kontolnya lalu mengulum kontolnya keluar masuk mulutku dari atas. Setelah aku lancar melakukannya, dia menjilati memek dan itilku lagi dari bawah. Selang beberapa lama kami melakukan pemanasan maka dia berinisiatif untuk menancapkan kontolnya di memekku.
Aku ditelentangkannya, pahaku dikangkangkannya, pantatku diganjal dengan bantal.
“buat apa mas, kok diganjel bantal segala”, tanyaku.
“biar masuknya dalem banget yang, nanti kamu juga ngerasa enaknya”, jawabnya sambil menelungkup diatasku.
Kontolnya digesek2kan di memekku yang sudah banyak lendirnya lagi karena itilku dijilati barusan.
“Ayo Mas cepat, aku sudah tidak tahan lagi” pintaku dengan bernafsu.
“Wah kamu sudah nafsu ya Vit, aku suka kalo kita ngen tot setelah kamu napsu banget sehingga gak sakit ketika kontolku masuk ke memek kamu”, jawabnya.
Dengan pelan tapi pasti dia masukan kontolnya ke memekku.
“Pelan2 ya mas, biar gak sakit”, lenguhku
sambil merasakan kontolnya yang besar menerobos memekku yang masih sempit.
Dia terus menekan2 kontolnya dengan pelan sehingga kemudian masuk semua. Lalu dia tarik pelan-pelan juga dan dimasukkan lagi sampai mendalam, terasa kontolnya nancep dalem sekali.
“Mas enjot yang cepat, Mas, aku udah mau nyampe ach.. Uch.. Enak Mas, lebih enak katimbang dijilat mas tadi”, lenguhku.
“Aku juga mau keluar, yang”, jawabnya.
Dengan hitungan detik kami berdua nyampe bersama sambil merapatkan pelukan, terasa memekku berkedutan meremes2 kontolnya.
Lemas dan capai kami berbaring sebentar untuk memulihkan tenaga. Sudah satu jam kami beristirahat, lalu dia minta aku mengemut kontolnya lagi.
“Aku belum puas yang, mau lagi, boleh kan?” tanyanya.
“Boleh mas, aku juga pengen ngerasain lagi nyampe seperti tadi”, jawabku sambil mulai menjilati kepala kontolnya yang langsung ngaceng dengan kerasnya.
Kemudian kepalaku mulai mengangguk2 mengeluar masukkan kontolnya dimulutku. Dia mengerang kenikmatan,
“Enak banget Vit emutanmu.
Tadi memekmu juga ngempot kontolku ketika kamu nyampe. Nikmat banget deh malam ini, boleh diulang ya sayang kapan2″.
Aku diam tidak menjawab karena ada kontolnya dalam mulutku.
“Vit, aku udah mau ngejrrrooooot nih, aku masukkin lagi ya ke memek kamu”,
katanya sambil minta aku nungging.
“MAu ngapain mas, kok aku disuru nungging segala”, jawabku tidak mengerti.
“udah kamu nungging aja, mas mau ngen totin kamu dari belakang”, jawabnya.
Sambil nungging aku bertanya lagi,
“Mau dimasukkin di pantat ya mas, aku gak mau ah”.
“Ya gak lah yang, ngapain di pantat, di memek kamu udah nikmat banget kok”, jawabnya.
dengan pelan diumasukkannya kontolnya ke memekku, ditekan2nya sampe amblas semua, terasa kontolnya masuk dalem sekali, seperti tadi ketika pantatku diganjel bantal.
Kontolnya mulai dikeluarmasukkan dengan irama lembut.
Tanpa sadar aku mengikuti iramanya dengan menggoyangkan pantatku.
Tangan kirinya menjalar ke toketku dan diremas-remas kecil, sambil mulai memompa dengan semakin cepat.
Aku mulai merasakan nikmatnya dientot, sakit sudah tidak terasa lagi.
“Mas, aku udah ngerasa enaknya dien tot, terus yang cepet ngenjotnya mas, rasanya aku udah mau nyampe lagi”, erangku.
Dia tidak menjawab, enjotan kontolnya makin lama makin cepet dan keras, nikmat banget deh rasanya. DOMINO QQ
Kemudian dengan satu enjotan yang keras dia melenguh,
“Vit aku ngejrrrooooot, aah”, erangnya.
“Mas, aku nyampe juga mas, ssh”,
bersamaan dengan ngejrrroooootnya pejohnya aku juga nyampe.Kembali aku terkapar kelelahan. Ketika aku terbangun, hari udah terang
Aku nggeletak telanjang bulat di ranjang dengan Satu kaki terbujur lurus dan yang sebelah lagi menekuk setengah terbuka mengangkang.
Dia yang sudah bangun lebih dulu, menaiki ranjang dan menjatuhkan dadanya diantara kedua belah paha ku. Lalu dengan gemas, diciumnya pusarku.
” Mas Roy, geli!” aku menggeliat manja.
Dia tersenyum sambil terus saja menciumi pusarku berulang2 hingga aku menggelinjang beberapa kali. Dengan menggunakan ke2 siku dan lututnya ia merangkak sehingga wajahnya terbenam diantara ke2 toketku.
Lidahnya sedikut menjulur ketika dia mengecup pentilku sebelah kiri, kemudian pindah ke pentil kanan.
Diulangnya beberapa kali, kemudian dia berhenti melakukan jilatannya. Tangan kirinya bergerak keatas sambil meremes dengan lembut toketku.
Remasannya membuat pentilku makin mengeras, dengan cepat dikecupnya pentilku dan dikulum2nyasambil mengusap punggungku dengan tangan kanannya.
“Kamu cantik sekali,” katanya sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku.
Aku hanya tersenyum, aku senang mendengar pujiannya. Kurangkul lehernya, kemudian kucium bibirnya.
Lidahnya yang nyelip masuk mulutku kuhisap2. Aku segera meraba kontolnya lagi, kugenggam dan kugesek2kan ke memekku yang mulai berlendir.
Lendir memekku melumuri kepala kontolnya, kontolnya menjadi makin keras. Urat2 berwarna hijau di kulit batang kontolnya makin membengkak.
Dia menekan pinggulnya sehingga kepala kontolnya nyelip di bibir memekku. Terasa bibir memekku menjepit kontolnya yang besar itu. Dia menciumi leherku, dadanya direndahkan sehingga menekan toketku.
“Oh…mas”, lenguhku ketika ia menciumi telingaku.
“Kakimu dibelitkan di pinggangku Vit”, pintanya sambil terus mencium bibirku.
Tangan kirinya terus meremas toketku sedang tangan satunya mengelus pahaku yang sudah kulingkarkan di pinggangnya.
Lalu dia mendorong kontolnya lebih dalam. Sesak rasanya memekku. Pelan2 dia menarik sedikit kontolnya, kemudian didorongnya.
Hal ini dia lakukan beberapa kali sehingga lendir memekku makin banyak keluarnya, mengolesi kepala kontolnya.
Sambil menghembuskan napas, dia menekan lagi kontolnya masuk lebih dalam. Dia menahan gerakan pinggulnya ketika melihat aku meringis.
“Sakit sayang”, tanyanya.
“Tahan sedikit ya”.
Dia kembali menarik kontolnya hingga tinggal kepalanya yang terselip di bibir luar memekku, lalu didorongnya kembali pelan2.
Dia terus mengamati wajahku, aku setengah memejamkan mata tapi sudah tidak merasa sakit.
“Vit, nanti dorong pinggul kamu keatas ya”, katanya sambil menarik kembali kontolnya.
Dia mencium bibirku dengan lahap dan mendorong kontolnya masuk kontolnya. Pentilku diremesnya dengan jempol dan telunjuknya.
Aku tersentak karena enjotan kontolnya dan secara reflex aku mendorong pinggulku ke atas sehingga kontolnya nancap lebih dalam.
Aku menghisap lidahnya yang dijulurkan masuk ke mulutku.
Sementara itu dia terus menekan kontolnya masuk lebih dalam lagi. Dia menahan gerakan pinggulnya, rambutku dibelai2nya dan terus mengecup bibirku.
Kontolnya kembali ditariknya keluar lagi dan dibenamkan lagi pelan2, begitu dilakukannya beberapa kali sehingga seluruh kontolnya sudah nancap di memekku
Aku merangkul lehernya dan kakiku makin erat membelit pinggangnya.
“Akh mas”, lenguhku
ketika terasa kontolnya sudah masuk semua, terasa memekku berdenyut meremes2 kontolnya.
“Masih sakit Vit”, tanyanya.
“Enak mas”, jawabku sambil mencakari punggungnya, terasa biji pelernya memukul2 pantatku. Dia mulai mengenjotkan kontolnya keluar masuk memekku.
Entah bagaimana dia mengenjotkan kontolnya, itilku tergesek kontolnya ketika dia mengenjotkan kontolnya masuk. Aku menjadi terengah2 karena nikmatnya. Dia juga mendesah setiap kali mendorong kontolnya masuk semua,
“Vita, memekmu peret sekali, terasa lagi empotannya, enak banget sayang ngentooot dengan kamu”.
Tangannya menyusup ke punggungku sambil terus mengenjotkan kontolnya. Terasa bibir memekku ikut terbenam setiap kali kontolnya di genjooot masuk.
“Mas”, erangku.
Terdengar bunyi “ploook”
setiap kali dia menghunjamkan kontolnya.
Bunyi itu berasal dari beradunya pangkal pahanya dengan pangkal pahaku karena aku mengangkat pinggulku setiap dia mengenjot kontolnya masuk.
“Vit, aku udah mau ngecrot”, erangnya lagi.
Dia menghunjamkan kontolnya dalam2 di memekku dan terasalah pejohnya nyembur2 di dalam memekku. Bersamaan dengan itu,
“Mas, aku nyampe juga mas”,
aku mengejang karena ikutan nyampe. Nikmat banget bersama dia, walaupun perawanku hilang aku tidak nyesel karena ternyata dientot itu mendatangkan kenikmatan luar biasa.
Posted by : Miracle Tan
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.