Sejak peristiwa sexku dengan Diana aku semakin aktif untuk mengikuti senam, yach biasa untuk menyalurkan hasratku yang menggebu ini.
Kegiatan ini semua tentunya juga rapi karena ku nggak kepingin istriku tahu hal ini. Suatu ketika aku diperkenalkan pada teman-teman diana satu kelompok, dan pinter sekali diana bersandiwara dengan berpura-pura telah bertemu denganku pada suatu pesta pernikahan seseorang sehingga temannya tidak ada yang curiga bahwa aku telah berhubungan dengan diana.
Hari ini, seusai senam jam 08.30 aku harus langsung kekantor untuk mempersiapkan pertemuan penting nanti siang jam 14.00. Kubelokkan kendaraanku pada toko buku untuk membeli perlengkapan kantor yang kurang, saat aku asyik memilih tiba-tiba pinggangku ada yang mencolek, saat kutoleh dia adalah Ana teman diana yang tadi dikenalkan.
“Ah enggak cuman sedikit untuk kebutuhan kantor aja kok…”
Akhirnya aku terlibat percakapan ringan dengan Ana. Dari pembicaraan itu kuperoleh bahwa Ana adalah keturunan cina dengan jawa sehingga perpaduan wajah itu manis sekali kelihatannya. Matanya sipit tetapi alisnya tebal dan…, Aku kembali melirik kearah dadanya.., alamak besar sekali, kira-kira 36C berbeda jauh dengan diana sahabatnya.
“Eh.., De aku ada yang pengin kubicarakan sama kamu tapi jangan sampai tahu diana ya”, pintanya sambil melirikku penuh arti.
“Ngomong apaan sih.., serius banget Fi…, apa perlu?”, tanyaku penuh selidik.
“Iya perlu sekali…, Tunggu aku sebentar ya…, kamu naik apa..”, tanyanya lagi.
“Ada kendaraan kok aku…” timpalku penasaran. Akhirnya kuputuskan Ana ikut aku walaupun mobilnya ada, nanti kalau omong-omgngnya sudah selesai Ana tak antar lagi ketempat ini.
“Masalah apa Fi kamu kok serius banget sih…”, tanyaku lagi.
“Tenang De…, ikuti arahku ya…, santai saja lah…”, pintanya.
Sesekali kulirik paha Ana yang putih itu tersingkap karena roknya pendek, dan Ana tetap tidak berusaha menutupi. Sesuai petunjuk arah dari Ana akhirnya aku memasuki rumah besar mirip villa dan diceritakan oleh Ana bahwa tempat itu biasa dipakai untuk persewaan.
“Ok fi sekarang kita kemana ini dan kamu mau ngomong apaan sih”, tanyaku tak sabar, setelah aku masuk ruangan dan Ana mempersilahkan duduk.
“Gini De langsung aja ya…, Kamu pernah merasakan Diana ya..?”, tanyanya.
Deg…, dadaku berguncang mendengar perkataan Ana yang ceplas ceplos itu.
“Merasakan apaan sih Fi?”, tanyaku pura-pura bodoh.
“Alaa De jangan mungkir aku dikasih tahu lho sama Diana, dia menceritakan bagaimana sukanya dia menikmatimu…, Hayooooo masih mungkir ya…”.
Aku hanya diam namun sedikit grogi juga, nampak wajahku panas mendengar penuturan Ana yang langsung dan tanpa sungkan tersebut. Aku terdiam sementara Ana merasa diatas angin dengan berceloteh panjang lebar sambil sesekali dia senyum dan menyilangkan kakinya sehingga nampak pahanya yang mulus tanpa cacat. Aku hanya cengar cengir saja mendengar semua omomgannya.
“Gimana De masih mau mungkir nih…, Bener semua kan ceritaku tadi…?”, Tanyanya antusias.
Aku hanya tersenyum kecut. Kuperhatikan Ana meninggalkan tempat duduknya dan tak lama kemuadian dia keluar sambil membawa dua gelas air minum. Ana kembali menatapku tajam aku seperti tertuduh yang menunggu hukuman. Tak lama berselang kembali Ana berdiri dan duduk disampingku.
“De…”, sapanya manja.
Aku melirik dan, “Apa?”, jawabku kalem.
“Aku mau seperti yang kau lakukan pada Diana De…”, aku sedikit terkejut mendengar pengakuannya dan tanpa membuang waktu lagi kudekatkan bibirku pada bibirnya.
Pelan dan kurasakan bibir Ana hangat membara. Kami berpagut bibir, kumasukkan lidahku saat bibir Ana terbuka, sementara tanganku tidak tinggal diam. Kusentuh lembut payudaranya yang kenyal dia tersentak kaget. Bibirku masih bermain semakin larut dalam bibirnya.
Ana kelihatan menikmati sekali sentuhan tanganku pada payudaranya. Sementara tangan kananku mengusap lembut punggungnya.
Ana semakin menjadi leherku diciumi dan tangan Ana berada dipunggungku. Tanganku beroperasi semakin jauh dengan meraba paha Ana yang mulus dia semakin menggelinjang saat tangan kananku mulai masuk dalam payudaranya.
Tanpa menunggu reaksi lanjutan aku menaikkan BH sehingga tanganku dengan mudah menyentuh putting yang mulai mengeras.
Kudengar nafas Ana memburu dengan diselingi perkataan yang aku tak mengerti. Ana mulai pasrah dan kedua tangaku menaikkan kaos sehingga kini Ana hanya memakai rok mini yang sudah tidak lagi berbentuk sedangkan BH hitam sudah tidak lagi menutup payudaranya. Kudorong perlahan Ana untuk berbaring di Sofa, Aku terkagum melihat putihnya tubuh yang nyaris tanpa cacat.
Kuperhatikan putting susunya memerah dan kaku, bulu-bulu halus berada disekitar pusar menambah gairahku. Ana hanya terpejam dan aku mulai menurunkan rok mini setelah jariku berhasil menyentil pengait dibawah pusar.
Kini Ana hanya tinggal memakai CD dan BH hitam kontras dengan warna kulitnya. Aku bergegas mempreteli pakaianku dan hanya tinggal CD. Cepat-cepat kutindih tubuh mulus itu dan Ana mulai menggelinjang merasakan sesuatu mengganjal dibawah pusarnya. Aku turun menciumi kakinya sesenti demi sesenti.
“Enggghh hhss”, hanya suara itu yang kudengar saaat mulutku beraksi di lutut dan pahanya.
Penisku terasa sakit karena kejang. Mulutku mulai menjalar di paha.., benar-benar kunikmati sejengkal demi sejengkal. Tanganku mencoba menelusuri daerah disela pahany, Dan kudengar suara itu semakin menjadi saat tanganku berhasil menyusup dari pinggir CD hitam dan berhasil menemukan tempat berbulu dengan sedikit becek didalamnya.
Tanganku terus membelai bulu-bulu kaku dan tangan satunya berusaha mempermudah dengan menurunkan CD didaerah pada berpapasan dengan mulutku. Kusibak semua penghalang yang merintangi tanganku untuk menjamah kemaluan, dan kini semakin nampak wajah asli kemaluan Ana indah montok putih kemerahan dengan bulu jarang tapi teratur letaknya.
Mataku terus mengawasi kemaluan Ana yang menarik, kulihat klitorisnya membengkak keluar merah muda warnamya…, aku semakin terangsang hebat.
Mulutku masih disela pahanya sementara tanganku terus menembus liang semakin dalam dan Ana semakin menggelinjang terkadang mengejang saat kupermainkan daging kecil disela gua itu. Kusibakkan dua paha dengan merentangkan kaki kanan pada sandaran sofa sedangkan kaki kiri kubiarkan menyentuh lantai. Kini kemaluan Ana semakin terbuka lebar. Mulutku sudah tak sabar ingin merasakan lidahku sudah berdecak kagum dan berharap cepat menerobos liangnya beradu dengan daging kecil yang manja itu dengan bulu yang tidak banyak. Kumisku bergeser perlahan beradu dengan bulu halus milik Ana dan dia hanya bisa terpejam dengan lenguhan panjang setengah menjerit. Kubirakan dia mengguman tak karuan. Lidahku mulai menjilat dan bibirku menciba menghisap daging kecil milik Ana yang menjorok keluar. Kuadu lidahku dengan daging kecil dan bibirku tak henti mengecup, kurasakan kemaluan semakin basah.
Ana berteriak semakin keras saat tangaku juga mengambil inisiatif untuk meremas payudaranya yang bergerak kiri kanan saat Ana bergoyang kenikmatan. Aku juga tidak tahan melihat semua ini. Kutarik bibirku menjauh dari kemaluanya dan kulepas Cdku sehingga nampaklah batang penisku yang sudah tegak berdiri dengan ujung merah dengan sedikit lendir. Kusaksikan Ana masih terpejam kudekatkan ujung penisku sampai akhirnya menyentuh kecil kemaluan Ana. Jeritan Ana semakin menjadi dengan mengangkat pantatnya supaya penisku menjenguk lubangnya. Kujauhkan penisku sebentar dan kulihat pantat Ana semakin tinggi mencari. Kugesek gesekkan lagi penisku dengan keras, aku terkejut tiba-tiba tanfan Ana menagkap batang penisku dan dituntun menuju lubang yang telah disiapkan. Denga lembut dan sopan penisku masuk perlahan. Saat kepala penis masuk Ana menjerit keras dan menjepitkan kedua kainya dipinggangku. Kupaksakan perlahan batang penisku akhirnya berhasil menjenguk lubang terdalam milik Ana. Kaki Ana kaku menahanku dia membuka mata dan tersenyum.
“Jangan digoyang dulu ya De…”, pintanya dan dia terpejam kembali.
Aku menurut saja. Kurasakan kemaluan Ana berdenyut keras memijit penisku yang tenggelam dalam tanpa gerak. Akhirnya Ana mulai menggoyangkan pantatnya perlahan. Aku merasakan geli yang luar biasa. Kuputar juga pantatku sambil bergerak maju mundur dan saat penisku tenggelam kurasakan bibir kemaluan Ana ikut tenggelam dengan kulit penisku. Tak seberapa lama aku merasakan penisku mulai panas dan geli yang berada diujung aku semakin menekan dan manarik cepat-cepat. Ana merasakan juga rupanya, dia mengimbangi dengan menjepitkan kedua kakinya dipinggangku sehingga gerak penisku terhambat. Saat penis masuk karena bantuan kaki Ana semakin dalam kurasakan tempat yang dituju.
Aku tidak kuat dan, “Fi aku mau keluar”, lenguhku.
Ana hanya tersenyum dan semakin mempererat jepitan kakinya. Akhirnya, Kutekan semua penisku dalam-dalam dan kusaksikan Ana terpejam dan berteriak keras. Kurasakan semprotan luar biasa didalam kemaluan Ana. Dan aku terus menggoyangnya, tiba-tiba Ana berteriak dan tangannya memelukku kuat-kuat. Bibirnya menggigit dadaku sementara pantatnya terus mengejang kaku, aku hanya terdiam merasakan nikmatnya semua ini.
Aku menindih Ana dan penisku masih kerasan didalam liang sanggamanya. Ana mengelus punggungku perlahan seolah merasa takut kehilangan kenikmatan yang sudah direguknya. Perlahan kujauhkan pantatku dari tubuh Ana dan kurasakan dingin penisku saat keluar dari liang kenikmatan. Aku terlentang merasakan sisa-sisa kenikmatan. Ana kembali bergerak dan berdiri. Dia tersenyum melangkah menuju kamar mandi. Kudengar suara gemericik air mengguyur…,
Ana kembali mendekatiku, aku duduk diatas karpet untuk berdiri hendak membersihkan penisku yang masih belepotan, aku terkejut saat Ana kembali mendorongku untuk tidur.
“Eh fi aku mau ke kamar mandi dulu.., bersih- bersih nih…”
Tapi tak kudengar jawaban karena Ana menunduk di sela pahaku dan kurasakan mulut Ana kembali beraksi memanjakan penisku dengan lidahnya. Aku geli menggelinjang merasakan nikmatnya kuluman mulut Ana ke penisku. Telur penisku dijilat dan dihisap perlahan. Serasa ujung syarafku menegang.
Kujepit kepalanya dengan dua pahaku, Aku mulia menggumam tak karuan tapi Ana semakin ganas melumat penisku. Ujung penisku dihisap kuat-kuat kemudian dilepas lagi dan tangnnya mengocok tiada henti. Akhirnya aku menyerah untuk merasakan kenikmatan mulut Ana yang semakin menggila. Kulihat kepala Ana naik turun mengelomoh penisku yang menegang.
Saat mulutnya menghisap kusaksikan pipi Ana kempot seperti orang tua. Penisku dikeluarkan dari mulutnya dan kusaksikan kepala penisku sudah memerah siap untuk menyemprotkan air kehidupan. Ana kembali menggoyang mulutnya untuk penisku tiada henti. Kepala penisku mendapat perlakukan istimewa. Dihisap dan dikulum. Lidahnya menjilat dan mengecap seluruh bagian penisku.
Tangan Ana membantu mulutnya yang mungil memegangi penisku yang mulai tak tentu arah. Aku kegerahan, kupegang kepalanya dan kuataur ritme agar aku tidak cepat keluar.
Hanya suara aneh itu yang sanggup keluar dari mulutku. Aku mencoba duduk untuk melihat seluruh gerakan Ana yang semakin liar pada penisku. Kepala Ana tetap dalam dekapan tangaku, kuciumi rambutnya yang halus dan kobelai punggungnya yang putih licin, dia mulai berkeringat mengagumu penisku. Mulut Ana berguman menikmati ujung penisku yang semakin membonggol. Tanganku kuarahkan untuk meremas payudaranya. Saat kegelianku datang, payudaranya jadi sasaran amuk tanganku. Kuremas kuat Ana hanya mengguman dan melenguh.
Gila, Sayang aku tidak berhasil mengatur waktu yang lebih lama lagi untuk tidak mengeluarkan cairanku. Mulut Ana sekain ganas melihat tingkahku yang mulai tak karuan. Lenguhku semakin keras. diluar dugaan Ana semakin kuat melakukan kuluman dan hisapan peda penisku. Akhirnya aku tidak tahan merasakan kenikmatan yang tiada tara ini. Kuangkat pantatku tinggi – tinggi, rupanya Ana mengerti maksudku, dimasukkannya dalam-dalam penisku dan kurasakan Ana tambah kuat menghisap cairanku aku jadi merasa tersedot masuk dalam mulutnya.
Tak seberapa lama setelah cairanku habis, Ana masih mengulum dan membersihkan sisa-sisa dengan mulutnya. Aku hanya bisa tengadah merasakan semuanya. Setelah itu Ana mulai melepas mulutnya dari penisku. Kulihat semuanya sudah bersih dan licin. Ana tersenyum dan dia mengelus dadaku yang masih telanjang. Aku baru bisa berdiri dan menuju ke kamar mandi saat Ana beranjak dari duduknya untuk membuatkan aku minuman. Kubersihkan diriku. Aku minum sejenak, dan Ana hanya diam saja memandangiku.
“Kenapa Fi…?”, tanyaku.
Dia memandangku dan berkata, “Maaf ya De sebenarnya aku tadi hanya memancingmu saja kok, aku nggak tahu kamu udah pernah main ama Diana atau belum, abisan aku lihat tatapan mata Diana sama kamu kadang mesra sekali sih aku jadi curiga”
“Gila, kupikir”, tapi aku hanya senyum saja mendengarnya.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 12.45 aku harus bergegas untuk menyiapkan rapat. Kami berdua menuju ke toko tempat Ana memarkir mobilnya. Selama diperjalanan kami semakin mesra dan berkali-kali kudengar lenguh manja Ana seakan masih menikmati sisa-sisa orgasmenya. Tangankupun sekali-kali tidak lagi takut menelungkup disela pahanya atu penggelayut dipayudaranya yang besar. Bahkan Ana semakin membiarkan pahanya terbuka lebar dengan rok terangkat untuk mempermudah tanganku mengembara dikemaluannya.
Anapun tak mau kalah penisku jadi sasaran tangannya saat tangaku tidak menempati kemaluannya. Kurasakan penisku tegang kembali. Ana hanya tersenyum dan meraba terus penisku dari luar celana. Akhirnya sampai juga ditempat Ana memarkir mobil dan kami berpisah, Ana memberikan kecup manja dan ucapan terima kasih.
Aku hanya tersenyum dan bergumam, “Besok aku mau lagi..”
Ana mengangguk dan berkata “Kapanpun Ade mau, Ana akan layani”
Hati setanku bersoak mendengar jawaban yang mengandung arti kemanjaan sebuah penis dan keganasan kemaluan memerah dengan bulu halus. Diana tidak mengetahui kalau aku sering merasakan kemaluan Ana yang putih dan empuk itu. Mereka masih tetap akrab dan berjalan bersama seperti biasanya
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.