Cerita Dewasa - Meme*ku Gatel Pengen Di Tusuk
BACKTOSEKS - Semenjak kepergian suamiku empat tahun yang lalu, aku harus menanggun beban keluarga seorang diri. Betapa repotnya mengurus dua orang anakku yang masih kecil-kecil, sementara aku harus bekerja mencari nafkah. Sedangkan keluarga dari mendiang suamiku acah tak acuh. Namun semua itu aku jalani dengan tabah. Namun hal yang paling menyiksa saat usiaku baru menginjak 30 tahun adalah kebutuhan batin yang sejak kepergian suami tidak pernah terpenuhi. Hal itu aku rasakan ketika bangun tidur, setiap pagi menjelang subuh gairah kewanitaanku selalu muncul.
Aku sudah sekuat tenaga untuk menahan diri selama tiga tahun. Namun pada pagi itu nafsu sekku tambah bergejolak. Pentilku tegak, pengin dipilin jari-jari lelaki, apalagi memekku gatel pengin ditusuk-tusuk kontol perkasa. Aaah…, aku mendesah panjang berusaha menahan nasfu, namun sebaliknya itilku malah tambah ngaceng. Pengin rasanya susu dan memekku dibelai manja tangan lelaki perkasa. Pentilku yang dulu sering diemut oleh mendiang suami, tambah tegang. Aaaah…, aku mendesah lagi manakala jari-jariku mengusap-usap bagian memek sama itil.
Semakin kuat aku bertahan pada birahi yang setiap hari bergejolak, birahiku semakin kuat, aku tidak tahan, aku ingin lelaki perkasa yang mampu menuntaskan gejolak nasfu. Sementara itu anak lelakiku yang paling sulung sudah tumbuh menjadi remaja gagap dan tampan seperti ayahnya. Bila melihat postur tubuh anak sulungku, maka aku teringat pada keperkasaan mendiang suami diatas ranjang. Yaah…, dulu setiap mejelang subuh aku selalu merasakan keperkasaan kontolnya menusuk-nusuk memekku. Bahkan ketika suami kerja malam hari, pada pagi sekitar jam 08.00 ketika anak-anak sudah berangkat sekolah selalu mengulangi dan menuntas gairah sekku.
Namun kali ini ketika anakku yang paling kecil sudah tertidur pulas, aku mendesah-desah sendiri dikamar dekat anakku yang sulung. Sengaja aku lakukan itu sambil telanjang bulat, sementara pintu kamarku aku biarkan sedikit terbuka. Hal itu sering aku lakukan selama dua minggu, supaya ada reaksi dari anakku yang sulung. Ternyata usahaku berhasil, ketika malam minggu seperti biasa ketika sikecil sudah tidur pulas, aku segera masuk kamar yang bersebelahan dengan anakku yang sudah tumbuh remaja. Aku melirik kearah pintu yang sedikit terbuka, aku lihat anaku leleki bungsukku sedang mengintip. Untuk memancing gairah anakku, sengaja aku telanjalang bulat, dua kakiku aku buka lebar-lebar supaya memekku terlihat. Remang-remang lampu kamar semakin nambah gairah nafsuku. Aaah…, sambil mendesah panjang mataku melirik kearah ruang keluarga.
Dari sana anakku walaupun masih malu-malu memperhatikan tingkahku yang sedang naik birahi. Kemudian aku gesar kearah pintu supaya anakku tambah jelas melihat sekujur tubuhkku yang telanjang bulat. Usahaku berhasil, anakku mulai mendekar kearah pintu. Aku sengaja memejamkan mataku pura-pura tidur. Aku dengar langkah kaki mendekat dan masuk kekamarku. Dari sudut mataku yang sedikit kubuka, aku melihat anakku sedang memandang takjub pada bagian memekku yang polos tanpa sehelai jembutnpun menempel. Lalu anakku mengalihkan pandangannya pada bagian susu dan pentilkku yang sudah keras, tegak pengin diremas, dibelai, dikecong. Kemudian mulai aku rasakan belaian tangan anakku pada bagian betis, paha. Aku masih terus berpura-pura tidur sambil mendengkur. Belaiannya terus merambat kebagian susu, pentilku mulai dipelintir. Aaah… aku mendesah nikmata.
“Dang !! Kamu lagi ngapain.” aku pura-pura kaget dan marah.
“Habis mama tiap malam selalu berisik. Aku kaget, pengin tahu. Apa mama sedang sakit, kok telanjang begini.” Anakku agak kikuk. Aku yang sudah birahi tinggi tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini.
“Iya…, mama lagi sakit “ aku raih pegang tanganya yang masih membelai susuku. “Tolong pijitin susu mama yang lagi sakit ya Dang ? “
“Ya mama.” Kemudian Dadang mulai aktif memijit-mijit susuku.
“Dang…, pentilku gatel, tolong dipijit ya.” Aku mendesah nikmat.
“Ma… Dadang boleh nggak ngisep pentil mama, kaya waktu masih banyi.”
“Sini, tiduran sambil ngisep pentil mama.” Karena aku ijinkan, anakku tidur miring dihadapanku. Wajah anakku tenggelam dalam dua gundukan susu yang besar dan masih padat. Aku peluk mesra tubuh anakku yang makin hangat. Sementara Dadang makin tambah kuat ngisep pentil susuku bagian kiri, tangan kirinya meremas susu bagian kanan. Tanganku tidak tinggal diam, membelai-belai bagian punggungnya. Sedikit demi sedikit, kancing baju Dadang aku buka, aku raba dadanya sambil aku piling ujung petilnya.
“Aaaah…, mama geli mama, tapi agak enakkan.” Dadang mendesah, mendengus panjang. Aku tambah semangat menggugah birahi anakku. Tanganku mulai turun sambil melepaskan semua kancing bajunya. Perutnya aku usap-usap lembut. Dadang tambah menggeliat, inilah saatnya, tanganku turun melepas celananya, menyusup pada bagian kontolnya yang sudah tegang, pertanda kontol anakku lagi ngaceng.
“Dang susu diemut terus, aah… enak, terus…terus.” Aku mendesah nikmat sambil tangan kananku mengocok kontol Dadang yang tambah ngaceng. Sementara jari-jari tangan Dadang yang sebelah kanan sudah masuk dalam liang memekku yang makin basah. Aaah… itilku tambah cenut-cenut. Kemudian kepala Dadang aku paksa turun kearah memekku.
“Dang… memekku dijilat dong.” Pintaku dengan penuh nafsu. Dan Dadangpun menuruti kemauanku, tanpa merasa jijik, mulutnya sudah melumat memekku. Ah…, uuuaah…aku mendesah nikmat ketika ujung lidang Dadang menjilat itilku yang sebesar biji kacang tanah.
“U…ukh…aaaah, itilku…iiiitiiiiiiilku mau pecah, terus Dang hisap yang kuat.” Mulut Dadang sangat kuat menghisap-hisap itilku, seluruh tubuhku gemetar melepas gejolak nafsu. Akhirnya aku merasa lega, ketika air pejuh muncrat membasahai bibiri dan wajah di Dadang.
“Dang…?” Kupanggil anakku mesara.
“Ada apa mama.” Jawab Dadang sambil menyeka mulutnya yang belepotan air pejuhkku.
“Kontolmu besar, panjang dan keras. Pasti sangat nikmat kalau menusuk-nusuk memek mama.” Aku menghiba minta anakku segera memasukkan kontolnya dalam lubang memekku yang makin tambah gatel. Dadangpun melenguh panjang, ketika dua telapak tanganku meremas-remas kontolnya yang besar, ngaceng tegang perkasa kaya tugu.
“Dang…, kamu merangkak diatas tubuh mama, nanti masukkan kontol panjangmu kedalam belahan memekku yang ada lobangny, yaa….” Aku merubah posisi tubuhku teletang, sambil mengangkangkan dua pahaku lebar-lebar. Tak lupa aku menunjukkan lobang memekku pada Dadang anakku.
“Ya… mama, apa lobang memek mama tidak sakit kalau ditusuk sama kontolku.” Dadang mengiyakan sambil menempat posisi tubuhnya bertumpu pada dua tangannya tepat diatas tubuhku. Kontolnya yang besar dan panjang sudah menyentuh belahan memekku, bahkan ujung celeknya yang runcing nyentul pucuk itilku yang nonjol keluar.
“Aaaah… seetttt…, Dang nikamt banger.” Segera dua tanganku merengkuh pantat Dadang, seketika ablaslah kontolnya dalam lobang memekku. Bleeess…, bles…, bleesek, kontol Dadang masuk pelan-pelan. Bibirku meringis menahan nikmatnya sentuhan kontol Dadang pada dinding-dinding lobang memekku yang masih gatel. Akupun mengimbanginya, pantatku yang besar dan bulat aku angkat tinggi-tinggi, membiarkan batang kontol anakku masuk semua tanpa sisa.
“Ma…, memekmu cenut-cenut, ngempot kontolku. Aaaah… itilmu nikmat banget sayang.” Anakku sangat bahagia menikmati empotan memetku yang masih cenut-cenut gatel. Aku biar Dadang menenggelamkan seluruh batang kontolnya dalam lubang memekku. Sementara dua tanganku meraih ujung pentil Dadang, jariku mengusap-usap, aku pelintir gemas. Bibir dadang meringis, mendesis seest…, uuaah…uaaaah. Tampaknya Dadang masih bodoh urusan senggama, kontolnya masih terus diam tertanam dalam lobang memekku. Aku maklum, anakku baru pertama kali ngentot memek.
“Daang…, coba naik turunkan pantatmu, nanti kontolmu bisa keluar masuk pada memek mama.” Perintahku dituruti Dadang sambil akat turun pantatnya.
“Gini ya sayang…”
“Ya… yaa… teruuus, tusuk memekku, tusuk itilku, uuuh… enak banget kontol besarmu, lobang celekmu nggigit pucuk itilku. Uuuuh…aaa….aaa….seeeet.” Aku meracau nikmat. Sementara Dadang tambah semangat, tambah kuat nusuk-nusuk kontolnya yang besar memenuhi lobang memekku yang basah tambah licin.
“Sayang…, liat dong, tuh memekmu robek, kontolku keluar masuk merojok itilmu yang gatel. Liat…liat tuh.” Dadang memintaku untuk melihat, akupun mengangkat kepala dan bagian punggung.
Aku liat kontol panjang, aku liat memekku terbelah, itilku nonjo keluar. Aaaah, nikmat banget celek anakku yang masih perjaka. Aku raih lehernya, aku cium bibirnya ahhh tambah nikmat. Aku lihat kontol anakku dengan perksasa menusuk-nusuk memekku yang sudah banjir, air pejuhkku menetes-netes membahasi kain sprei kasur. Kemudian aku dekap erat tubuh anakku, aku berbalik ngambil posisi diatas, duduk diantara dua paha Dadang, sementara kontolnya yang besar dan panjang masih nancap pada lubung turukku yang tambah ngaceng. Aku raih dua tangan si Dadang, aku letakkan diatas dua susuku yang minta diremas, dua ujung jarinya memilin dua pentilku yang tegang, keras dan tambah tegak.
“Aaauuhhh…., nikmat banget mamaku sayang. Dua susumu tambah kenceng, tambah besar. Pentilmu ngaceng ya sayang…” Anak merancau, mendesih.
“Yaaa… aaakh, enak….remasanmu enak banget. Susuku…, pentilku tambah ngaceng.” Aku yang posisi diatas terus naik turunkan pantat, rasanya kontok Dadang tambah ngganjel. Tusukkannya tambah kuat, aaaah… uuu tubuhku terasa ditancap benda lunak, bulat dan panjang kuat sekali.
“Daaaang…… kontolmu….oh ….uuuuuh……seeeettttt enak banget.” Pantatku terus bergoyang menikmati tusukan-tusukan kontol yang sangat aku rindukan.
“Saaaayang…. aku pengin kawin sama kamu, aku kangen banget sama turukmu. Kawin sama aku yang maa….” Dadang terus meracau tak karuan.
“Yaaa…. sayang, kita kawin terus…. kawini aku Daaang. Aku sayang kontolmu, aku pengin sempro tan air pejuhmu yang masih perjaka.” Dadang mengangkat punggungnya, dua tangannya memeluk pinggangku, ooooh….. seeett muluknya nyosor susuku yang membusung besar. Ujung lidahnya terasa hangat menjilat-jilat ujung pentilku. Jadinya aku dipangku si Dadang tanpa melepaskan tusukkan kontolnya dimemekku. Dua kakiku melingkar erat pinggang anakku, aku tidak ingin melepaskan bersatunya knontol dan memek ini. Sampai akhirnya si Dadang menelentangkan tubuhku lagi, dari atas Dadang sangat giat naik turunkan tubuhnya. Sementara kontolnya yang tambah ngaceng, makin keras nusuk-nusuk memekku dan itilku seperti mau meledak.
“Uuuuuh…… aaaaaah…..” Aku menjerit keras manakala itilku seperti mau lepas, sampai akhirnya cret….., creeeeeeeeeet…. cret… cret basahlah memekku, basahlah kontol anakku karena air pejuhku muncrat sangat kenceng.
“Kamu… kencing sayang, kok basah banget kontolku.”
“Yaa sayang… akh….akh…..setttt… uaaaah. Aku kalau lagi kawinin kontolmu, dari dalam memekku keluar air pejuh, iitiii……..itttilllkuuuuuuuuuuu mau lepas sayang. Itu bukan air kencing sayang, tapi air nikmatnya orang lagi kawin.” Sementara kontol Dadang terus menggenjot memekku yang makin tambah panas. Aku yang sudah klimak, masih terus menikmati tusukan-tusukan kontol Dadang yang seperti memenuhi dinding-dinding lobang kawinku. Sampai akhir tubuh Dadang jatuh, memeluk tubuhku.
Segera akau raih bibirnya dengan bibirku, kami saling melumat, kami saling mendesah, lalu kemudian memekku terasa hangat, seperti ada air mengalir memenuhi rahimku yang sangat kehausan. Cret…..cret….cret…. sluuuuuuuuuuuuur, keluarlah air pejuh kontol Dadang mengisi, mengalir derah dalam lobang-lobang rahimku yang dalam. Kami berpelukan erat, tubuh kami menempel ketat seakan tidak mau lepas. Hatiku sangat bahagia ketika air asmara menyirami, memenuhi seluruh rongga-rongga memekku, lubang rahimku terasanya kenyang oleh air pejuh kontol perjaka.
“Terimakasih sayang. Kontolmu…. air pejuh perjakamu jadi milikku. Ya….. aaakh….hekh…… semprot……semprot memekku…….sirami rahimku.” Mataku terpejam kuat saat air pejuh itu mengalir deras.
“Ya….yaaa……. uhk…… akh. Terimalah air pejuhku.” Jawab Dadang sambil menempel, memeluk erat tubuhku. Akhirnya kami berdua tiduran, sementara mulut Dadang tak henti-hentinya menyusu. Akhirnya kami tidur pulas, setelah dua jam menikmati perkawinan yang sangat nikmat dan membahagiakan.
Ketika anakku yang paling kecil menangis aku bangun duluan. Semestara Dadang yang tidur disebelahku masih tidur mendengkur. Aku lihat batang kontolnya sadah lembek, masih dipenuhi sisa-sisa pejuh kami yang sudah mengering. Aku bangun, pindah kamar menghampiri anaku dikamar sebelah yang sedang menangis.
Pagi hari sekitar jam 07.00, Dadang masih tidur sangat pulas, tenaganya terkuras habis menggenjot tubuhku. Sedangkan anakku yang kecil sudah berangkat sekolah. Aku bergegas mandi, kusiram sekujur tubuhku dengar air sejuk, rasanya segar sekali, aku sabuni seluruh permukaan tubuhkku yang masih bahenol. Kuraba permukaan memekku yang masih bengkak akibat sodokan kontol besar. Kuraba lagi permukaan susuku yang tampak bekas tanda-tanda merah bekas gigitan si Dadang. Selesai mandi aku menyiapkan segelas air susu buat Dadang. Aku kaget ketika dua telapak tangan meremas bongkahan pantatku.
“Sayang….., pagi ini kamu cantik sekali. Tubuhmu harum lagi.” Sapa anakku sambil melingkarkan dua tangannya dipinggang.
“Ya jelas…. dong, aku cantik kan buat kamu.” Jawabku mesra sambil membalikkan bada. “Tuh…. sana mandi dulu sayang, biar badanmu tambah segar.”
“Okay sayang, tapi pengin dimandiin sama kekasihku yang cantik ini.” Jawab Dadang sambil meremas susuku yang belum tertutup kutang. Akupun menuruti permintaan Dadang yang segera menuju kamar mandi. Akhirnya aku mandi lagi bersama Dadang, kami saling menyiram, saling menyabuni. Karena rabaan-rabaan itu, nafsu kami bangkit lagi. Kembali terjadi hubungan kelamin kedua kalinya selama tiga jam. Hubungan kelamin antara aku dan anakku terus berjalan sampai Dadangku beristri.
Aku sudah sekuat tenaga untuk menahan diri selama tiga tahun. Namun pada pagi itu nafsu sekku tambah bergejolak. Pentilku tegak, pengin dipilin jari-jari lelaki, apalagi memekku gatel pengin ditusuk-tusuk kontol perkasa. Aaah…, aku mendesah panjang berusaha menahan nasfu, namun sebaliknya itilku malah tambah ngaceng. Pengin rasanya susu dan memekku dibelai manja tangan lelaki perkasa. Pentilku yang dulu sering diemut oleh mendiang suami, tambah tegang. Aaaah…, aku mendesah lagi manakala jari-jariku mengusap-usap bagian memek sama itil.
Semakin kuat aku bertahan pada birahi yang setiap hari bergejolak, birahiku semakin kuat, aku tidak tahan, aku ingin lelaki perkasa yang mampu menuntaskan gejolak nasfu. Sementara itu anak lelakiku yang paling sulung sudah tumbuh menjadi remaja gagap dan tampan seperti ayahnya. Bila melihat postur tubuh anak sulungku, maka aku teringat pada keperkasaan mendiang suami diatas ranjang. Yaah…, dulu setiap mejelang subuh aku selalu merasakan keperkasaan kontolnya menusuk-nusuk memekku. Bahkan ketika suami kerja malam hari, pada pagi sekitar jam 08.00 ketika anak-anak sudah berangkat sekolah selalu mengulangi dan menuntas gairah sekku.
Namun kali ini ketika anakku yang paling kecil sudah tertidur pulas, aku mendesah-desah sendiri dikamar dekat anakku yang sulung. Sengaja aku lakukan itu sambil telanjang bulat, sementara pintu kamarku aku biarkan sedikit terbuka. Hal itu sering aku lakukan selama dua minggu, supaya ada reaksi dari anakku yang sulung. Ternyata usahaku berhasil, ketika malam minggu seperti biasa ketika sikecil sudah tidur pulas, aku segera masuk kamar yang bersebelahan dengan anakku yang sudah tumbuh remaja. Aku melirik kearah pintu yang sedikit terbuka, aku lihat anaku leleki bungsukku sedang mengintip. Untuk memancing gairah anakku, sengaja aku telanjalang bulat, dua kakiku aku buka lebar-lebar supaya memekku terlihat. Remang-remang lampu kamar semakin nambah gairah nafsuku. Aaah…, sambil mendesah panjang mataku melirik kearah ruang keluarga.
Dari sana anakku walaupun masih malu-malu memperhatikan tingkahku yang sedang naik birahi. Kemudian aku gesar kearah pintu supaya anakku tambah jelas melihat sekujur tubuhkku yang telanjang bulat. Usahaku berhasil, anakku mulai mendekar kearah pintu. Aku sengaja memejamkan mataku pura-pura tidur. Aku dengar langkah kaki mendekat dan masuk kekamarku. Dari sudut mataku yang sedikit kubuka, aku melihat anakku sedang memandang takjub pada bagian memekku yang polos tanpa sehelai jembutnpun menempel. Lalu anakku mengalihkan pandangannya pada bagian susu dan pentilkku yang sudah keras, tegak pengin diremas, dibelai, dikecong. Kemudian mulai aku rasakan belaian tangan anakku pada bagian betis, paha. Aku masih terus berpura-pura tidur sambil mendengkur. Belaiannya terus merambat kebagian susu, pentilku mulai dipelintir. Aaah… aku mendesah nikmata.
“Dang !! Kamu lagi ngapain.” aku pura-pura kaget dan marah.
“Habis mama tiap malam selalu berisik. Aku kaget, pengin tahu. Apa mama sedang sakit, kok telanjang begini.” Anakku agak kikuk. Aku yang sudah birahi tinggi tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini.
“Iya…, mama lagi sakit “ aku raih pegang tanganya yang masih membelai susuku. “Tolong pijitin susu mama yang lagi sakit ya Dang ? “
“Ya mama.” Kemudian Dadang mulai aktif memijit-mijit susuku.
“Dang…, pentilku gatel, tolong dipijit ya.” Aku mendesah nikmat.
“Ma… Dadang boleh nggak ngisep pentil mama, kaya waktu masih banyi.”
“Sini, tiduran sambil ngisep pentil mama.” Karena aku ijinkan, anakku tidur miring dihadapanku. Wajah anakku tenggelam dalam dua gundukan susu yang besar dan masih padat. Aku peluk mesra tubuh anakku yang makin hangat. Sementara Dadang makin tambah kuat ngisep pentil susuku bagian kiri, tangan kirinya meremas susu bagian kanan. Tanganku tidak tinggal diam, membelai-belai bagian punggungnya. Sedikit demi sedikit, kancing baju Dadang aku buka, aku raba dadanya sambil aku piling ujung petilnya.
“Aaaah…, mama geli mama, tapi agak enakkan.” Dadang mendesah, mendengus panjang. Aku tambah semangat menggugah birahi anakku. Tanganku mulai turun sambil melepaskan semua kancing bajunya. Perutnya aku usap-usap lembut. Dadang tambah menggeliat, inilah saatnya, tanganku turun melepas celananya, menyusup pada bagian kontolnya yang sudah tegang, pertanda kontol anakku lagi ngaceng.
“Dang susu diemut terus, aah… enak, terus…terus.” Aku mendesah nikmat sambil tangan kananku mengocok kontol Dadang yang tambah ngaceng. Sementara jari-jari tangan Dadang yang sebelah kanan sudah masuk dalam liang memekku yang makin basah. Aaah… itilku tambah cenut-cenut. Kemudian kepala Dadang aku paksa turun kearah memekku.
“Dang… memekku dijilat dong.” Pintaku dengan penuh nafsu. Dan Dadangpun menuruti kemauanku, tanpa merasa jijik, mulutnya sudah melumat memekku. Ah…, uuuaah…aku mendesah nikmat ketika ujung lidang Dadang menjilat itilku yang sebesar biji kacang tanah.
“U…ukh…aaaah, itilku…iiiitiiiiiiilku mau pecah, terus Dang hisap yang kuat.” Mulut Dadang sangat kuat menghisap-hisap itilku, seluruh tubuhku gemetar melepas gejolak nafsu. Akhirnya aku merasa lega, ketika air pejuh muncrat membasahai bibiri dan wajah di Dadang.
“Dang…?” Kupanggil anakku mesara.
“Ada apa mama.” Jawab Dadang sambil menyeka mulutnya yang belepotan air pejuhkku.
“Kontolmu besar, panjang dan keras. Pasti sangat nikmat kalau menusuk-nusuk memek mama.” Aku menghiba minta anakku segera memasukkan kontolnya dalam lubang memekku yang makin tambah gatel. Dadangpun melenguh panjang, ketika dua telapak tanganku meremas-remas kontolnya yang besar, ngaceng tegang perkasa kaya tugu.
“Dang…, kamu merangkak diatas tubuh mama, nanti masukkan kontol panjangmu kedalam belahan memekku yang ada lobangny, yaa….” Aku merubah posisi tubuhku teletang, sambil mengangkangkan dua pahaku lebar-lebar. Tak lupa aku menunjukkan lobang memekku pada Dadang anakku.
“Ya… mama, apa lobang memek mama tidak sakit kalau ditusuk sama kontolku.” Dadang mengiyakan sambil menempat posisi tubuhnya bertumpu pada dua tangannya tepat diatas tubuhku. Kontolnya yang besar dan panjang sudah menyentuh belahan memekku, bahkan ujung celeknya yang runcing nyentul pucuk itilku yang nonjol keluar.
“Aaaah… seetttt…, Dang nikamt banger.” Segera dua tanganku merengkuh pantat Dadang, seketika ablaslah kontolnya dalam lobang memekku. Bleeess…, bles…, bleesek, kontol Dadang masuk pelan-pelan. Bibirku meringis menahan nikmatnya sentuhan kontol Dadang pada dinding-dinding lobang memekku yang masih gatel. Akupun mengimbanginya, pantatku yang besar dan bulat aku angkat tinggi-tinggi, membiarkan batang kontol anakku masuk semua tanpa sisa.
“Ma…, memekmu cenut-cenut, ngempot kontolku. Aaaah… itilmu nikmat banget sayang.” Anakku sangat bahagia menikmati empotan memetku yang masih cenut-cenut gatel. Aku biar Dadang menenggelamkan seluruh batang kontolnya dalam lubang memekku. Sementara dua tanganku meraih ujung pentil Dadang, jariku mengusap-usap, aku pelintir gemas. Bibir dadang meringis, mendesis seest…, uuaah…uaaaah. Tampaknya Dadang masih bodoh urusan senggama, kontolnya masih terus diam tertanam dalam lobang memekku. Aku maklum, anakku baru pertama kali ngentot memek.
“Daang…, coba naik turunkan pantatmu, nanti kontolmu bisa keluar masuk pada memek mama.” Perintahku dituruti Dadang sambil akat turun pantatnya.
“Gini ya sayang…”
“Ya… yaa… teruuus, tusuk memekku, tusuk itilku, uuuh… enak banget kontol besarmu, lobang celekmu nggigit pucuk itilku. Uuuuh…aaa….aaa….seeeet.” Aku meracau nikmat. Sementara Dadang tambah semangat, tambah kuat nusuk-nusuk kontolnya yang besar memenuhi lobang memekku yang basah tambah licin.
“Sayang…, liat dong, tuh memekmu robek, kontolku keluar masuk merojok itilmu yang gatel. Liat…liat tuh.” Dadang memintaku untuk melihat, akupun mengangkat kepala dan bagian punggung.
Aku liat kontol panjang, aku liat memekku terbelah, itilku nonjo keluar. Aaaah, nikmat banget celek anakku yang masih perjaka. Aku raih lehernya, aku cium bibirnya ahhh tambah nikmat. Aku lihat kontol anakku dengan perksasa menusuk-nusuk memekku yang sudah banjir, air pejuhkku menetes-netes membahasi kain sprei kasur. Kemudian aku dekap erat tubuh anakku, aku berbalik ngambil posisi diatas, duduk diantara dua paha Dadang, sementara kontolnya yang besar dan panjang masih nancap pada lubung turukku yang tambah ngaceng. Aku raih dua tangan si Dadang, aku letakkan diatas dua susuku yang minta diremas, dua ujung jarinya memilin dua pentilku yang tegang, keras dan tambah tegak.
“Aaauuhhh…., nikmat banget mamaku sayang. Dua susumu tambah kenceng, tambah besar. Pentilmu ngaceng ya sayang…” Anak merancau, mendesih.
“Yaaa… aaakh, enak….remasanmu enak banget. Susuku…, pentilku tambah ngaceng.” Aku yang posisi diatas terus naik turunkan pantat, rasanya kontok Dadang tambah ngganjel. Tusukkannya tambah kuat, aaaah… uuu tubuhku terasa ditancap benda lunak, bulat dan panjang kuat sekali.
“Daaaang…… kontolmu….oh ….uuuuuh……seeeettttt enak banget.” Pantatku terus bergoyang menikmati tusukan-tusukan kontol yang sangat aku rindukan.
“Saaaayang…. aku pengin kawin sama kamu, aku kangen banget sama turukmu. Kawin sama aku yang maa….” Dadang terus meracau tak karuan.
“Yaaa…. sayang, kita kawin terus…. kawini aku Daaang. Aku sayang kontolmu, aku pengin sempro tan air pejuhmu yang masih perjaka.” Dadang mengangkat punggungnya, dua tangannya memeluk pinggangku, ooooh….. seeett muluknya nyosor susuku yang membusung besar. Ujung lidahnya terasa hangat menjilat-jilat ujung pentilku. Jadinya aku dipangku si Dadang tanpa melepaskan tusukkan kontolnya dimemekku. Dua kakiku melingkar erat pinggang anakku, aku tidak ingin melepaskan bersatunya knontol dan memek ini. Sampai akhirnya si Dadang menelentangkan tubuhku lagi, dari atas Dadang sangat giat naik turunkan tubuhnya. Sementara kontolnya yang tambah ngaceng, makin keras nusuk-nusuk memekku dan itilku seperti mau meledak.
“Uuuuuh…… aaaaaah…..” Aku menjerit keras manakala itilku seperti mau lepas, sampai akhirnya cret….., creeeeeeeeeet…. cret… cret basahlah memekku, basahlah kontol anakku karena air pejuhku muncrat sangat kenceng.
“Kamu… kencing sayang, kok basah banget kontolku.”
“Yaa sayang… akh….akh…..setttt… uaaaah. Aku kalau lagi kawinin kontolmu, dari dalam memekku keluar air pejuh, iitiii……..itttilllkuuuuuuuuuuu mau lepas sayang. Itu bukan air kencing sayang, tapi air nikmatnya orang lagi kawin.” Sementara kontol Dadang terus menggenjot memekku yang makin tambah panas. Aku yang sudah klimak, masih terus menikmati tusukan-tusukan kontol Dadang yang seperti memenuhi dinding-dinding lobang kawinku. Sampai akhir tubuh Dadang jatuh, memeluk tubuhku.
Segera akau raih bibirnya dengan bibirku, kami saling melumat, kami saling mendesah, lalu kemudian memekku terasa hangat, seperti ada air mengalir memenuhi rahimku yang sangat kehausan. Cret…..cret….cret…. sluuuuuuuuuuuuur, keluarlah air pejuh kontol Dadang mengisi, mengalir derah dalam lobang-lobang rahimku yang dalam. Kami berpelukan erat, tubuh kami menempel ketat seakan tidak mau lepas. Hatiku sangat bahagia ketika air asmara menyirami, memenuhi seluruh rongga-rongga memekku, lubang rahimku terasanya kenyang oleh air pejuh kontol perjaka.
“Terimakasih sayang. Kontolmu…. air pejuh perjakamu jadi milikku. Ya….. aaakh….hekh…… semprot……semprot memekku…….sirami rahimku.” Mataku terpejam kuat saat air pejuh itu mengalir deras.
“Ya….yaaa……. uhk…… akh. Terimalah air pejuhku.” Jawab Dadang sambil menempel, memeluk erat tubuhku. Akhirnya kami berdua tiduran, sementara mulut Dadang tak henti-hentinya menyusu. Akhirnya kami tidur pulas, setelah dua jam menikmati perkawinan yang sangat nikmat dan membahagiakan.
Ketika anakku yang paling kecil menangis aku bangun duluan. Semestara Dadang yang tidur disebelahku masih tidur mendengkur. Aku lihat batang kontolnya sadah lembek, masih dipenuhi sisa-sisa pejuh kami yang sudah mengering. Aku bangun, pindah kamar menghampiri anaku dikamar sebelah yang sedang menangis.
Pagi hari sekitar jam 07.00, Dadang masih tidur sangat pulas, tenaganya terkuras habis menggenjot tubuhku. Sedangkan anakku yang kecil sudah berangkat sekolah. Aku bergegas mandi, kusiram sekujur tubuhku dengar air sejuk, rasanya segar sekali, aku sabuni seluruh permukaan tubuhkku yang masih bahenol. Kuraba permukaan memekku yang masih bengkak akibat sodokan kontol besar. Kuraba lagi permukaan susuku yang tampak bekas tanda-tanda merah bekas gigitan si Dadang. Selesai mandi aku menyiapkan segelas air susu buat Dadang. Aku kaget ketika dua telapak tangan meremas bongkahan pantatku.
“Sayang….., pagi ini kamu cantik sekali. Tubuhmu harum lagi.” Sapa anakku sambil melingkarkan dua tangannya dipinggang.
“Ya jelas…. dong, aku cantik kan buat kamu.” Jawabku mesra sambil membalikkan bada. “Tuh…. sana mandi dulu sayang, biar badanmu tambah segar.”
“Okay sayang, tapi pengin dimandiin sama kekasihku yang cantik ini.” Jawab Dadang sambil meremas susuku yang belum tertutup kutang. Akupun menuruti permintaan Dadang yang segera menuju kamar mandi. Akhirnya aku mandi lagi bersama Dadang, kami saling menyiram, saling menyabuni. Karena rabaan-rabaan itu, nafsu kami bangkit lagi. Kembali terjadi hubungan kelamin kedua kalinya selama tiga jam. Hubungan kelamin antara aku dan anakku terus berjalan sampai Dadangku beristri.
Posted by : Miracle tan
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.